🌒︎ MAAF JAERI

9.6K 1.5K 507
                                    

***

Luham hanya menghela nafasnya dengan gusar menatapi angka-angka yang tertera di atas kertas tersebut. Mengapa seluruh petunjuk selalu membuat mereka bingung dan nampaknya petunjuk kali ini akan lebih sulit jika dipecahkan oleh mereka berempat.

"Itu petunjuk apa iseng doang sih?" Tanya Hadrian yang sudah merasa lelah dengan seluruh petunjuk yang mereka dapat.

"Nih ya udah tau nilai matematika gue aja paling gede tuh 40 dan gue disuruh ngerjain yang ginian, makan aja gue bulat-bulat," keluh Luham.

"Kok makin ribet ya kak?" Tanya Jaeri tak kalah heran.

"Iya sih emang tapi siapa tau kalau kita berusaha mecahin pasti nanti ada petunjuk lain," ucap Denandra.

"Tapi btw udah beberapa hari gue gak liat Juno, Januar, Jahran, bang Jaka, sama bang Janggala. Pada ke mana mereka?" Tanya Hadrian heran.

"Nah itu dia, mereka emang bikin curiga banget, apalagi si Janggala," jawab Luham dengan tangan kanannya mengepal mengingat kecurigaannya pada Janggala.

"Iya sih bener kak. Semua yang jadi tersangka untuk kasus ini tiba-tiba ngehilang gitu aja dan parahnya tuh mereka ilangnya barengan," tambah Jaeri menyetujui.

"Ya udah mending kita pecahin dulu petunjuk yang ada di kertas ini," kata Denandra.

Mereka berempat kembali masuk ke dalam rumah Jaeri untuk memecahkan petunjuk yang ada di kertas ini tapi setelah mencoba bahkan mereka sudah menghabiskan waktu selama 2 jam tak ada satupun dari mereka yang berhasil memecahkan petunjuk di kertas ini. Denandra mengacak surai hitamnya dengan frustasi dan melemparkan kertas petunjuk itu. "Maksudnya apa sih woy ini? Gue gak ngerti sumpah," ucapnya.

"Ini urutan sesuatu atau kita harus nambahin angka atau ngurangin gitu sih biar ada hasilnya? Tapi gue masih ga ngerti," sambung Hadrian. "Tau ah gelap gue mah udah nyerah dari awal. Matematika musuh gue fix," ucap Luham.

"Ri, lo kenapa?" Tanya Hadrian saat melihat Jaeri yang sedari tadi menatap layar ponselnya. "Eh it-itu mamah tadi ngirim pesan kalau mereka di luar kotanya masih agak lama," jawabnya.

Denandra menepuk bahu kanan Jaeri dengan pelan. "Kita udah janji sama mamah dan papah lo kalau kita akan jagain lo Ri, jadi jangan khawatir," ucap Denandra memastikan dan Jaeri membalasnya dengan senyuman. "Makasih kak," balasnya.

***

Malam pun tiba, mereka berempat masih diam di rumah Jaeri. Kertas petunjuk yang berisikan angka-angka yang mereka temukan tadi pagi pun dibiarkan tergeletak begitu saja di atas meja karena mereka sudah lelah dan berulang kali mencoba untuk memecahkan petunjuk itu tetapi tidak membuahkan hasil apapun. Denandra ditemani Hadrian tengah berjalan dari dapur menuju ruang tengah sembari membawa satu buah panci dan beberapa mangkuk serta sumpit untuk makan malam mereka.

"Gue jadi inget bang Dika kalau masak pasti satu rumah heboh," kata Hadrian memberitahu. Jaeri penasaran dengan perkataan Hadrian barusan.

"Loh emangnya kenapa?" Tanyanya penasaran.

"Ya lo bayangin aja Ri bang Dika ya masak telor aja rumah hampir kebakaran gara-gara nyalain api terlalu besar mana ditinggall main game sama dia. Dan si Rendra langsung heboh dan ngomelin bang Dika haha padahal dia abang tertua tapi malah kena omel sama si Rendra," kekeh Hadrian. Jaeri pun ikut tertawa mendengarnya.

"Iya anjir bener waktu itu si Dika lagi main ke rumah gue katanya laper dan di rumah gue lagi banyak makanan karena Kevin baru aja belanja sama Ten, dia mau masak pasta eh si mie nya malah tumpah-tumpahan ke lantai haha," tawa Luham ketika mengingat kejadian saat itu yang berujung Kevin lah yang memasak pasta dan Mahardika hanya membereskan dapur dibantu oleh Luham.

The Killer - NCT ✔️Where stories live. Discover now