Chapter 1 : Flamers

5.1K 325 22
                                    

[Revisi]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

🔥🔥🔥

Oilien Feyna Aksana POV

Aku tidak percaya dengan perkataan Raven. Memang dia siapa bisa mengetahui hal itu? Apakah dia kerabat Sir Levion dari Victorian? Lalu, bagaimana dia bisa menyimpulkan bahwa aku mempunyai kekuatan yang sama seperti yang diberi tahu oleh Raven? Red eyes?

Ataukah sebenarnya aku adalah keturunan dari Sir Levion, begitu? Padahal aku adalah anak dari Raja Matius Julio Stormhold dengan Ratu Isabella Irena Stormhold. Bukan keturunan dari Raja Victorian yang sekarang yaitu Raja Fernando Elbaguez Victorian.

Aku menghempaskan tubuhku di kasur yang akan menjadi temanku selama tiga tahun lamanya. Namun benarkah aku akan disini selama tiga tahun? Ataukah akan berkurang?

Aku menutup mataku saat mendengar suara decitan pintu terbuka. Sepertinya Evelina telah kembali dari makan malamnya bersama kakak tercintanya. Entah mengapa aku sedikit benci saat mengingat makan malam tadi. Salahkah aku?

Sayup-sayup aku mendengar suara perempuan ... menangis?

Aku membuka mataku dan menemukan Evelin sedang tidur membelakangiku. Kuyakini seratus persen bahwa suara tangis yang kudengar berasal darinya.

"Eve?"

Suara yang kuhasilkan membuat sang pemilik nama menghentikan suara tangisnya. Aku melihatnya menghapus air matanha, namun ia masih membelakangiku.

"Oilin terbangun ya? Maaf aku mengganggumu," ucap Evelin dengan nada lembut, namun sedikit bergetar disana. Duh, kenapa aku jadi merasa bersalah berpikiran yang tidak-tidak tadi?

"Kamu kenapa?" Aku melihatnya bangun dari kasurnya dan mengatakan sesuatu yang tidak kusangka.

"Ayo berkeliling akademi," ajak Evelina kepadaku dengan sendu. Sepertinya dia memang sedang ada masalah, namun aku tidak bisa bertanya kepadanya perihal masalah yang menimpanya. Kami baru bertemu beberapa jam, tidak mungkin ia begitu saja percaya padaku, 'kan?

Aku mengangguk dan ia segera membasuh wajahnya dengan air untuk menghilangkan jejak tangisannya. Akhirnya kami berdua keluar kamar, menguncinya, dan pergi meninggalkan kamar ini.

"Kamu yakin kita boleh keluar malam-malam? Bukannya jam malam itu diatas jam 9 ya?"

Evelina yang berjalan mendahuluiku menghentikan langkahnya. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Ya, aku rasa itu benar karena sekarang sudah kurang lima belas menit sebelum jam 9.

"Tidak apa-apa. Tenang saja," ucapnya lembut sekali—membuat senyumanku terbit. Sejujurnya aku sama sekali tidak mengerti mengapa ia bisa sesantai ini.

Taman sekolah ketika malam begitu indah, sunyi, nan hening. Pancaran sinar bulan di danau buatan itu memancarkan kesedihan, bahkan seakan mengejekku. Kudaratkan tubuhku pada sebuah bangku kayu panjang yang mengarah langsung pada danau. Di sini sudah tak ada orang lagi, hanya beberapa siswa-siswi gila yang masih bertahan di luar kamar jam segini.

"Aku minta maaf, Oilin, mengenai tadi. Aku tahu kalau kamu tidak menyukai kedatangan kakak dan teman-temannya. Maafkan aku," ucapnya dengan nada bergetar.

Aku menepuk-nepuk bahunya menenangkan. "Tidak apa-apa. Kamu tidak salah kok," ucapku. Iya, aku yang salah karena tadi bergabung denganmu.

"Sebenarnya ..." Dia memberi jeda sebentar. "Sergio itu pacarku."

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now