Chapter 12 : A Time to Remember

2K 160 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

"Melupakan akan menjadi suatu hal yang sangat sulit karena selama ini kita selalu diajari guru untuk mengingat, bukan melupakan."

- Unknown -

🔔 🔔 🔔

Oilien Feyna Aksana POV

Angin berhembus dengan kencangnya membuatku menutup mata dengan erat. Angin itu begitu kencang membuatku seakan-akan kehilangan keseimbangan tubuhku.

Tanganku menggenggam erat kertas putih yang menjadi penentu kelulusanku dalam ujian ketiga ini. Hingga kulit-kulitku terasa terbakar selama beberapa saat.

Tiba sebuah cahaya menyilaukanku diikuti angin kencang yang memudar cepat. Aku mendengar suara tertawa seorang gadis yang sedikit familier di telingaku membuatku segera membuka mata.

Cahaya itu tergantikan dengan sebuah bayangan masa laluku yang membuat dahiku berkerut.

Mengapa kenangan ini yang muncul?

Aku tidaklah bodoh. Aku masih ingat bagaimana kenangan indahku saat dulu bersama ayah dan ibu. Itu adalah kenangan paling indah dan berharga yang sebenarnya ingin kulupakan.

Karena aku tidak ingin terlarut dalam kesedihan lebih lama.

"Tuan Putri!"

Aku menoleh ke sumber suara yang tiba-tiba membuatku menatap orang itu tanpa berkedip.

Dia adalah..

"Kau lihat bagaimana tanggapan Paman Eidelson tadi? Haha, aku benar-benar tidak percaya dia bisa sampai melakukan hal itu. Menampar Paman Rex? Huahaha! Itu kejadian paling lucu yang pernah aku lihat!"

Gadis disana-aku yang dulu- tertawa terbahak sembari menjatuhkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Aku tersenyum sembari berjalan lalu duduk di kasur itu walaupun rasanya sedikit menyakitkan.

"Tuan Putri, kita tidak bisa melakukan itu lagi. Kalau kita melakukan itu, maka Raja akan-"

"Haha! Ayah tidak akan tahu! 'Kan hanya kau dan aku yang tahu, jadi kita tidak akan terjebak dalam masalah!"

Gadis itu tersenyum sembari menatap seorang anak lelaki yang menunduk dengan jarak sekitar tiga meter dari tempatnya berbaring.

"Leon, kemari!"

"A-aku tidak bisa-"

"Leon," ucap masa kecilku penuh penekanan.

"Itu adalah tempat tidur Putri Oilien. Aku tidak bisa ikut ke atas sana."

Aku tersenyum mendengar suara anak lelaki tampan berambut pirang yang menurutku terlalu lucu. Padahal dia sendiri sebenarnya ingin juga naik di tempat tidurku, bukan?

"Ini perintah." Ucapan itu membuat Leon kecil menghela nafasnya dan duduk di ujung tempat tidur-membelakangi diriku yang duduk di sini pula.

"Sudah, Putri. Ada apa?" tanya Leon kecil dengan pandangan bingung.

Aku kecil tersenyum. "Aku ingin meminta suatu hal kepadamu."

"Apa, Putri?"

"Aku ingin.."

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now