Chapter 28 : Apriori

1.6K 84 35
                                    

"Hati itu sifatnya reversibel. Bisa saja hari ini kau cinta, tapi esoknya benci. Atau kau benci, esoknya simpati.

Lihat? Tidak ada yang abadi. Bahkan untuk hati sekali pun."

- Unknown -

***

Kadang aku merasa kesepian ketika tak ada orang yang datang memenuhi ruangan. Semalam kuhabiskan waktu untuk merenung sekaligus mengingat bagaimana cara aku mengetahui tentang Zeon dan Organisasi Angin. Padahal, jelas-jelas Leon ada di sana, menatapku bak seorang bodyguard yang harus terus menjaga agar aku tidak melakukan hal aneh maupun sesuatu yang membahayakan keselamatanku. Tetapi sayang, tampang garangnya itu malah terlihat imut dengan bibir yang mengerucut.

Hari ini, aku menarik kembali kata-kataku. Leon mengizinkan beberapa anak kelas mengjengukku setelah sekian lama menunggu. Di sana ada Davian yang hanya menampilkan senyum tipis, Lunara yang kepo karena sosok Leon si anak baru yang menjagaku, Nathan yang cerewet sekali menasehatiku untuk berhati-hati, Marcello yang merupakan teman sebangku Zeon (aku tak begitu mengenalnya, jadi aku bingung kenapa ia datang), dan beberapa anak lain yang datang karena bersimpati. Jujur saja, aku tidak terlalu mengenal mereka. Yang kuketahui hanya lah ... gadis dengan senyum maut di sana bernama Delilah, sedangkan seorang gadis yang terlihat malu-malu adalah Delisa. Mereka kembar, makanya aku mudah sekali mengingatnya.

"Di mana Eve?"

Satu kalimat itu membuat atmosfir dalam satu ruangan ini canggung. Aneh, kenapa Evelina tidak ada? Kalau Zeon, aku bisa memahaminya karena kejadian kemarin sore. Tetapi Eve? Kenapa Evelina tidak datang? Lalu ... kenapa semua orang terdiam karena pertanyaanku?

Itu pertanyaan biasa 'kan?

"Tentang itu ..." Sang Ketua Kelas, Davian, berbicara. Matanya melirik ke arah Lunara yang menunduk, entah mengapa. "Evelina tidak ikut. Tadi ada tugas kelompok kimia yang mengharuskannya mencari bahan presentasi di perpustakaan. Sepertinya dia sibuk, jadi tidak bisa kemari."

Oh, sibuk. Memang sih, tugas kimia selalu membuat kami kelelahan karena tugas presentasi yang selalu ada di setiap mingguya. Tetapi tetap saja, tidak bisakah Evelina menyempatkan waktu untuk menjengukku? Kenapa ia tak ada kabar sama sekali?

"Kau ada di kelompok kami," celetuk seorang gadis yang berdiri tak jauh dariku. Aku sontak menaikkan alis dan tersenyum tipis ketika melihat Delilah yang berbicara.

"Ya! Kita berempat, aku, Delilah, kau, dan Davian menjadi satu kelompok. Tenang saja, kau tidak usah ikut mengerjakan. Kami bertiga merupakan tim yang handal. Lagipula, tugas kimia kelompok ini tidak sebanyak itu, kok!"

Aku mengerjapkan mata. Ekor mataku melihat bagaimana Delisa diberi tatapan tajam oleh semua orang, sedangkan Delilah menghembuskan napas panjang sembari berkacak pinggang.

Tidak terlalu banyak? Seharusnya Eve tidak sesibuk itu 'kan?

Apa yang terjadi pada Evelina?

"Apa? Kenapa kalian menatapku begitu?"

"Dasar bodoh," desis Delilah dengan cibiran untuk saudari kembarnya sendiri.

Tatapanku beralih pada Davian yang menatapku tidak enak. Sepertinya ia paham apa yang ada di dalam pikiranku. Otakku masih harus mencerna lebih ketika merasakan sesuatu menggenggam tanganku erat, padahal tidak ada siapa pun di sana. Hanya berupa ... udara kosong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now