Chapter 10 : Ini Salah!

2.2K 167 9
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

"Ini fakta, ada orang jahat yang menggunakan topengnya untuk menutupi kebaikannya. Sekalinya dia berbuat baik, dia akan terlihat seperti malaikat. Ini juga fakta, ada orang baik yang sekalinya jahat, mungkin akan membekas dengan sangat di hati orang yang ia sakiti."

Unknown

❤ ❤ ❤

Oilien Feyna Aksana POV

"Kenapa kau bisa tahu kalau dia bukan aku?" Lunara bertanya di sela-sela makannya. Kami berdua memang menjadi dekat sejak perjalanan dari akademi menuju Kastil Dawn ini. Walaupun sebenarnya, aku di sini karena merasa belum sama sekali melihat batang hidung Evelina.

Aku tersenyum tipis. "Lunara yang kukenal itu baik. Jelas sekali dia bukan kau karena sifatnya tidak mencerminkan dirimu sama sekali. Kau tahu? Walaupun wajahnya mirip sekali denganmu, aku tidak bisa yakin kalau dia adalah kau."

Kekehan terdengar di mulut Lunara setelah aku mengucapkan serentetan kalimat tersebut. Perlukah aku memujinya? Wow, sungguh! Lunara benar-benar cantik saat tersenyum, aku mengakuinya.

Ia bahkan lebih cantik daripada seorang gadis yang duduk di tengah-tengah tiga pria yang sedang makan. Ah, kenapa aku peduli sih?

"Kenapa kau menatap sana dari tadi?" tanya Lunara sembari melihat arah pandangku. Seketika aku tersenyum kikuk, berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Ah, tidak. Aku hanya mencari Evelina saja. Sejak kita kemari, aku belum melihatnya sama sekali," alibiku sambil mengambil sesuap nasi untuk erangan perutku.

"Aneh ya, kenapa ujian kita selalu saja berhubungan dengan ilusi?" celetuk seorang gadis yang duduk di hadapanku. Itu Felicity, ditemani si tomboi Morgana di sampingnya.

Aneh, gadis tomboi itu tampak merubah gaya rambutnya. Tadinya ia hanya menguncir asal-asalan, tetapi sekarang ia menggerai rambutnya dengan bando berpita.

"Mungkin karena sekolah ingin menguji sekuat apa mental kita," celetuk Morgana yang membuatku mengangguk kecil merasa setuju.

Ekor mataku kembali tertuju pada sosok gadis yang sedang tertawa lebar. Asik sendiri, ditemani tiga pemuda tampan yang sedang makan. Lucu ketika aku begitu penasaran sekarang, siapa gadis itu. Kenapa ia terlihat begitu istimewa?

"Tuh 'kan, sejak tadi kau melihat ke sana terus. Kenapa? Kau suka pada lelaki rambut putih itu?"

Dengan cepat, mataku beralih pada Lunara yang terlihat ingin mengintimidasiku.

"Hah?"

"Wah, Zeon? Kau suka pada Zeon?" tanya Felicity dengan antusias sekali. Kenapa? Apa maksud dari mata berbinarnya itu?

"TIDAK!" elakku dengan refleks menggebrak meja dan berdiri.

Tunggu ... kenapa suasananya menjadi hening begini?

"Ada apa?" Mataku berkedip dua kali ketika melihat teman-temanku membeku dan ternganga menatapku.

Ketika aku mengedarkan pandangan, betapa terkejutnya aku. Semua orang menatapku seakan mempertanyakan sikapku tadi. Pipiku langsung terbakar hebat, apalagi ketika menyadari kalau gadis yang kuperhatikan tadi dan ketiga laki-laki lainnya ikut melayangkan tatapan bingungnya padaku.

"Eng ..., maaf!" ucapku dengan keras sembari membungkukkan badan formal. Sungguh, aku malu sekali!

Suara tawa keras memecah keheningan. Mataku menyipit, menatap orang yang sedang tertawa dengan bahagia itu dengan tatapan membunuh.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now