Chapter 13 : Lost that "Blue"

1.9K 152 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komen kalian sangatlah berharga 😊

"Kegelapan yang sebelumnya begitu menakutkan terasa begitu indah saat aku melihat dirimu di dalamnya."
- Unknown -

💌 💌 💌

"Aaaaaaaaaaa!"

Aku mengerjapkan mataku dan menoleh dengan cepat ke arah sumber suara. Aku sangat yakin asal suara itu dari taman belakang istana. Mengapa? Karena aku mengingat kenangan ini. Kenangan yang sempat terlupakan olehku sebelumnya.

Aku langsung berlari tanpa suara menuju taman belakang. Aku bahkan menembus tubuh Leon yang tadi menghalangi jalanku. Sungguh, rasanya aneh sekali menembus tubuh seseorang walaupun orang itu tidak nyata. Rasanya seperti memakan makanan hambar yang menusuk ulu hati dan menimbulkan hawa dingin juga menyengat yang tidak biasa.

Bisa membayangkan? Kalau aku sih tidak. Namun aku mampu merasakannya.

Hingga akhirnya aku keluar dari gerbang istana sembari memelankan kecepatanku berlari. Aku berhenti lalu menatap pada satu titik.

Aku melihatnya. Ya, aku menatap pantulan diriku sedang terduduk membelakangiku di depan danau. Ia menutup wajahnya dengan tangannya dan menundukkan wajahnya. Terdapat gerakan di bahunya secara berulang dan bergetar membuatku yakin bahwa dia sedang menangis.

Aku berjalan dan duduk di sampingnya. Menatap ke arahnya yang sedang berusaha menutupi sesuatu di wajahnya. Aku tersenyum saat ia menggumamkan sebuah kalimat yang masih kuyakini kebenarannya hingga sekarang.

"A-aku.. Monster."

Aku terkekeh sinis sembari merasakan sesak di dadaku. "Aku tahu."

Dia masih terisak tanpa ingin membalas ucapanku. Bukankah dia memang tidak bisa melihat bahkan mendengarku? Ya, begitulah.

Tiba-tiba saja aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku. Aku menoleh ke arahnya. Mataku membulat lebar bahkan tidak menyangka.

Untuk apa lelaki itu kemari?

Lelaki itu menatap pantulan diriku dengan pandangan yang tak kumengerti dengan waktu yang cukup lama. Dia meletakkan tangannya di dalam saku jaketnya, mengeratkan genggamanya, lalu membiarkan anak rambutnya tertiup angin.

Bahkan sewaktu ia masih kecil pun, ia terlihat seperti tokoh fantasi.

Aku melirik ke arah pantulan diriku yang sedang menyeka cairan kemerahan di matanya. Tingkahnya itu menimbulkan bekas kemerahan di sekitar wajah dan tangannya. Aku menatapnya prihatin sekali. Wajahnya benar-benar mengerikan.

Apakah aku dahulu memang seperti itu?

Tangannya bergerak untuk mengambil air dan membasuh wajahnya di dinginnya air danau. Setelah itu, ia menatap tampilan wajahnya di pantulan danau dengan senyuman sinis.

"Monster yang bersembunyi di dalam tubuh seorang putri," ucapnya sebelum tertawa paksa dengan ringisan yang keluar dari bibir mungilnya.

Aku mengeratkan genggamanku pada rumput. Ucapannya benar-benar membuatku menghela nafasku. Kenapa ucapannya mengena sekali di dalam hati?

Aku mengeratkan genggamanku pada rumput lebih erat lagi membuat aku merasakan rumbut yang kugenggam tercabut dari tanah. Alisku berkerut. Aku baru sadar, bagaimana bisa aku menyentuh rumput ini? Bagaimana cara rumput ini bisa tercabut begitu saja? Mengapa ujian ini semakin lama semakin nyata saja?

Hingga kalimat terakhir dalam pikiranku menyadarkanku akan satu hal.

Ya Tuhan! Ini jam berapa? Aku bahkan belum mengerjalan satu soal pun!

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now