Chapter 14 : Saying Good "Bye"

1.9K 143 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komen kalian sangatlah berharga 😊

"Bisakah kau berjanji untuk tidak terluka lagi saat aku pergi?"

- Unknown -

❤ ❤ ❤

NB : Bisa disetel lagu instrumental yang sedikit sedih :)) Misal instrumental lagu Naruto Sadness and Sorrow atau Grief and Sorrow.

❤❤❤

Third Person Point Of View

Ini pasti mimpi.

Satu kalimat itu terus saja keluar dari bibir pucat Zeon yang keadaannya cukup mengenaskan. Lebam di pipinya, gigitan seekor hewan buas di tangan kanannya membuat darah yang berceceran dan menetes membasahi lantai, serta warna rambutnya yang ia jamin tidak lagi berwarna silver.

"Kroakk.. Kroakk.. Kroakk..."

Suara burung gagak berteriak terdengar amat jelas di telinga pemuda itu. Itu berlangsung cukup lama hingga terdengar suara kepakan sayap dari puluhan gagak yang membuat suara gaduh tak menentu.

Suara langkah kaki disertai gesekan benda tajam membuat Zeon mengadahkan kepalanya perlahan ke atas menatap mata merah menyala dalam kegelapan itu dengan pasrah.

Seseorang di hadapannya membuat keributan dengan memukul rantai besi yang mengikat kedua tangannya. Namun anehnya rantai itu tidak kenapa-napa dan malah memancarkan warna oranye terang ketika dipukul. Pemuda itu menemukan fakta bahwa rantai yang merantainya ini bukanlah rantai biasa.

"Sudah bangun?"

"Lo?!" ucap Zeon memekik dengan suara sedikit serak.

Seseorang di hadapannya menyeringai tajam seiring dengan dua tepukan tangan orang itu. Hingga seluruh lampu di sana menyala terang membuatnya menatap sekitar tak berkedip.

"Suprise!" Orang itu tersenyum lagi. Namun senyumannya kali ini lebih terlihat palsu. Entah mengapa senyuman orang itu bisa membuat tangan Zeon terkepal hingga memerah.

Zeon menoleh ke arah sesuatu yang ditunjuk seorang "penghianat" di hadapannya. Ia terpaku dan tidak bergerak sedikitpun. Bahkan mulutnya sulit sekali ia tutup kembali.

"Bisa melihat itu siapa?" Zeon masih terpaku bahkan sama sekali tidak bergeming dengan ucapan demi ucapan yang keluar dari seseorang di depannya.

"Ya, itu adalah kakakmu."

Zeon menggeleng dengan keras disertai amukan kuat di seluruh tubuhnya. Akibatnya rantai itu bergesekan dengan lantai yang membuat suara menyakitkan di telinga.

"DIA SUDAH MATI, BODOH!"

"Aku belum mati, adik kecil." Satu kalimat itu membuat Zeon bungkam.

Bagaimana bisa itu terjadi sedangkan ia melihat sendiri kematian tragis kakaknya di atas pangkuannya?! Lalu, seseorang yang berada disana siapa? Kalau memang kakaknya masih hidup, berarti dia tidak harus menanggung beban itu kan? Bukankah ia seharusnya senang?

"Kau mengambil posisiku!" ucap seorang pemuda dengan mantel birunya bak seorang pangeran berjalan ke arah Zeon dan menatapnya angkuh.

"Kau bahkan melupakanku," ucap pemuda itu lagi sembari mengangkat sebelah tangannya untuk melawan Zeon dengan kekuatan yang masih betul-betul diingat oleh Zeon hingga sekarang.

El Academy [Proses Revisi]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt