Chapter 5 : Aukwood

3.1K 214 18
                                    

[Revisi]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

Happy reading~

🌿 🌿 🌿

"Oke, sekarang kalian akan berangkat secara berkelompok seperti yang dijelaskan kemarin. Selain itu, bagi kalian yang keberatan dengan memasuki Hutan Aukwood sekarang, bisa mengundurkan diri. Karena sekolah sudah memastikan mereka yang masuk ke Hutan Aukwood, akan susah untuk keluar."

Aku menatap datar penjelasan Mr. Xander yang bagiku tidak penting dibicarakan. Setelah kami semua membawa peralatan yang dibutuhkan kemarin, bagaimana mungkin kami mundur? Memang Mr. Xander pikir mencari benda dalam sehari itu mudah? Apalagi aku harus meminta obat-obatan yang mungkin akan berguna ke guru biologi yang sedikit aneh itu. Iya, guru biologi yang tinggal di sebelah timur dekat dengan Hutan Aukwood gerbang timur yang katanya menyimpan tanaman-tanaman dan hewan misterius di rumahnya.

Namun bagaimana lagi bukan? Memang sih, sekolah itu rumit. Aku jadi menyesal karena pernah memohon pada ibu dahulu untuk disekolahkan.

"Baiklah, karena tidak ada yang mengundurkan diri, maka aku akan melanjutkan." Benar-benar tidak penting sekali.

"Kalian diberi waktu sekitar 4 hari untuk keluar dari Hutan Aukwood sebelum acara selanjutnya yang akan kalian ketahui nanti di Kastil Dawn."

"Harap bergabung dengan kelompok masing-masing lalu silahkan mencari Kastil Dawn yang belum kalian ketahui keberadaannya. Hanya ada beberapa tanda yang sudah diberi tahu oleh masing-masing diantara kalian untuk menuju masing-masing pos agar dapat menyelesaikan tantangan," lanjut Mr. Xander membuat beberapa anak mengeluh secara terang-terangan. Kalau bagiku sih, itu adalah suatu tantangan yang menarik. Cih, Feyna mulai sombong.

Aaric melihatku—tatapan kami beradu. Dengan langkah bak model dunia, ia berjalan mendekatiku. Benar-benar ciri-ciri seorang player tingkat dewa. Beberapa siswi kelasku menatap Aaric dengan pandangan kagum. Namun bagiku, dia hanyalah lelaki mesum yang menganggu. Atau hanya pikiranku saja? Entahlah.

Seorang pria berambut hitam malam dengan kacamata bertengger manis di atas hidungnya—berjalan ke arahku sembari tersenyuman teduh. Lesung pipi di pipi kirinya menambah kesan manis dari pria itu. Apakah dia teman sekelompokku yang lainnya?

"Kamu Feyna 'kan?" Dia bertanya kepadaku dengan ramahnya. Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.

"Perkenalkan, namaku Nathaniel Eland Giorby. Bisa dipanggil Nathan, kalau kamu masih ingat."

Duh, sayang sekali aku tidak ingat.

"Aku Oilien Feyna Aksana," ucapku berusaha bersikap ramah walau nada bicaraku tetap saja tidak berubah. Selalu ketus apabila bertemu dengan orang asing—apalagi makhluk berjenis kelamin laki-laki.

"Aku sudah tahu." Dia tersenyum lagi. Baiklah, mungkin aku sendiri yang sedikit malas untuk mengingat-ingat nama-nama teman sekelasku.

Jangankan teman sekelasku, berkeliling akademi secara keseluruhan saja belum. Padahal, El Academy ini dikelilingi oleh Hutan Aukwood dan sungai jernih di sebelah barat. Memang ada dinding untuk membatasi El Academy yang luasnya berhektar-hektar, namun ada beberapa pintu rahasia yang diketahui sedikit orang. Seperti Zeon misalnya.

Selain itu, aku belum terlalu memperhatikan sekolahku yang baru ini. Yang kuketahui hanya tiga bangunan utama ditambah rumah penjaga sebelah timur, perpustakaan, gedung olahraga, dan green house. Ah, jangan lupakan rumah guru biologiku itu.

Aku menatap teman sekelompokku. Sudah ada 3 orang lainnya yang bersamaku saat ini. Tentu saja ada si Aaric, Nathan, dan kuyakin gadis berambut krem ini adalah Lunara. Lunara, gadis itu sedikit pendiam. Mungkin memang sulit bergaul dengan orang lain—sepertiku.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now