Chapter 24 : Heart of Fire

801 67 7
                                    

"Hari ini, tolong katakan pada dunia bahwa aku akan menghancurkan mereka yang menyakiti temanku!"

- Unknown -

🔥 🔥 🔥

Mata hitam kelam itu berkilat marah. Hampir menerkam dinding dengan kedua tangannya, namun segera ditahan seseorang yang peduli padanya. Tatapannya beralih, memaksa untuk membiarkannya memilih jalan sendiri. Tetapi masih dengan keras kepala, orang yang membantunya tak mau temannya lebih sakit daripada sebelumnya.

"Apa spesialnya gadis itu?" Raven mendesis, begitu emosi ketika menatap Zeon yang sedari tadi selalu menghalaunya. "Lo tahu? Eve diumpankan! Gue bahkan baru sadar sekarang kalau selama Feyna ada, Eve nggak akan baik-baik saja!"

"Sadar, Ven! Lo kalut!" bentak Zeon tak kalah sangar. "Bukan salahnya, tapi ini salah seseorang yang pengen jebak mereka berdua."

"Mereka berdua? Cih." Raven meludah tepat di baju polo milik Zeon. Lelaki berambut silver itu menggeram, namun tak menyerah. "Feyna yang bikin Eve bahaya! Lo tahu itu! Sejak awal, seharusnya gue nggak ngebiarin Eve temenan sama keluarga Kerajaan Stromhold. Ini jadinya! Eve dituduh, gue sebagai kakak nggak bisa apa-apa. Gimana sekarang gue jelasin sama dunia kalau Eve nggak salah?!"

"Terus lo mau nyalain Feyna gitu? Really Raven? Pikiran lo sesempit ini?" Zeon terkekeh sinis. "Lo mau bahayain Feyna berapa kali? Kemarin belum cukup? Lo tahu, dia bisa aja mati pas nyelametin gue. Lo ngerasa bersalah berhari-hari karena itu. Walaupun dia udah maafin lo, tapi gue tahu lo masih terus ngerasa bersalah. Kejadian itu terjadi karena apa? Karena kebodohan lo ngebiarin emosi nguasain tubuh lo! Lo pikir Feyna nggak tertekan? Dia sakit bro! Dia sakit ngelihat sahabatnya dituduh, dijadikan korban padahal jelas-jelas bukan dia pelakunya. Kalau lo mau nemuin mereka cuma buat bikin Feyna tambah tertekan, mending lo pergi! Gue hutang nyawa sama dia, jadi gue bakalan ngelakuin apapun buat dia ketika ia ada di pihak kebenaran."

Raven menatap Zeon balik, masih keras kepala dengan mata tajam hitam kelam yang berusaha mengintimidasi.

"Kalau lo peduli sama adik lo, caranya bukan dengan nyalahin Feyna! Tapi coba berpikiran dingin, cari solusinya sama-sama. Tentang pengen ngejauhin Eve dari Feyna, itu urusan lo sekaligus hak lo sebagai kakak. Tapi untuk bikin Feyna tambah menderita, lo sama sekali nggak berhak untuk itu," ucap Zeon panjang lebar dengan rahang mengeras. "Kalau sampai Feyna sakit karena lo ... gue bersumpah, persahabatan kita bertiga sampai di sini. Haha, lo tahu? Bahkan gue sama Sergio dari awal punya kemungkinan bikin kalian berdua bahaya. Gue adalah pangeran mahkota yang kabur dari keraaan gue sendiri. Sedangkan Sergio, dia penjaga Feyna waktu masih di Stromhold. Atau kita panggil ... Leon?"

Kini, emosi Raven memudar. Lelaki itu mundur beberapa langkah, memikirkan sesuatu sembari memegangi kepalanya.

"Kalau lo nyalahin Feyna karena dia adalah keturunan dari Kerajaan Stromhold, maka lo juga menyalahkan kami berdua yang mungkin akan bikin lo dalam bahaya. Alhasil, persahabatan kita berakhir sampai di sini." Zeon tertawa miris sebelum akhirnya berbalik, memungguni Raven yang bersandar di dinding dengan kacau.

"Dasar pengecut!"

Raven baru tahu satu hal lagi. Ternyata ... menyesal semenyakitkan ini.

🎭 🎭 🎭

"Aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh. Aku bukan--"

"Kamu memang bukan pembunuh, Eve!" Feyna giliran berteriak, frustrasi. Namun sedetik kemudian ia menyadari kesalahannya telah berteriak beberapa oktaf. "M-Maaf, Eve. Tapi kamu bukan pembunuh. Felicity belum mati, dia nggak akan mati secepat itu."

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now