Chapter 15 : Red Rose

1.9K 150 15
                                    

"Seperti bunga mawar, semakin cantik maka semakin melukai. Seperti bunga bangkai, semakin cantik maka akan semakin berbau. Yah, belum tentu kalau cantik itu sempurna."

- Unknown -

🌹 🌹 🌹

FEYNA merasakan sesuatu yang mulai bergerak menggeliat di punggungnya membuat tubuhnya semakin berat saja. Dalam hati ia sedikit mengumpat, mengapa lelaki ini begitu berat?

Hal lain terjadi setelahnya. Sebuah tangan terlihat terjulur dari bahu tangannya di sertai desisan mantera oleh seseorang di punggungnya. Feyna berdecak menyadari bahwa saat kondisi lelaki di punggungnya lemah pun, ia tetap membantunya. Dasar!

"Enggak usah membuat lampu di jalanan. Hutan sudah cukup terang karena sinar bulan," ucap Feyna dengan nada sarkas. "Itu hanya akan membuatmu semakin sakit."

"Aku enggak akan membiarkan seorang gadis berjalan sendirian di dalam kegelapan," ucap seseorang di punggung Feyna lirih.

"Aku enggak sendirian, ada kamu. Yah, kalau kamu ingat hidup."

Suara decakan dari belakang membuat Feyna tersenyum tipis.

"Kamu menyelamatkanku?" Suara lirih dari belakang membuat Feyna menoleh sedikit.

"Bukan aku, Audree."

"Oh." Lelaki itu terbatuk. "Dimana dia?"

"Pulang."

"Lalu kita?"

Feyna tersenyum kecut. "Yang pastinya bukan Kastil Dawn."

Keheningan menyelimuti mereka.

"Apa tubuhku berat?"

Kau yakin menanyakan itu? Belum sadar juga? Dasar rambut silver kurang ajar!

"Sedikit."

"Kamu berbohong."

"Kalau tahu, kenapa tanya?"

"Biar aku berjalan saja," ucap Zeon dengan pergerakan yang membuat Feyna sedikit oleng. Feyna berhenti dari jalannya dan menatap lelaki itu dari samping bahunya.

"Bisa diam enggak?"

"Bagaimana bisa seorang gadis sepertimu menggendongku?"

"Kenyataannya bisa." Feyna berdecih. "Jangan meremehkan kaum perempuan."

Zeon tertawa kecil. "Aku tahu mereka kuat."

"Baru tahu rupanya. Sudahlah! Aku enggak ingin lukamu semakin parah kalau berjalan."

Feyna kembali melanjutkan perjalanan mereka dengan keheningan. Ia sudah cukup jauh masuk ke dalam hutan. Ia yakin sekali beberapa saat lagi, mereka akan sampai.

"Aku minta maaf."

Satu kalimat itu mengucur begitu saja dari mulut pucat lelaki di punggung Feyna membuat Feyna mau tak mau menaikkan satu alisnya.

"Untuk?"

"Untuk membuatmu terlibat dalam masalahku."

El Academy [Proses Revisi]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt