Chapter 27 : Termodinamika

889 64 8
                                    

[Mulmed : Mr. Alvian]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komen kalian sangatlah berharga 😊

❤❤❤

"Tetap bertahan meski telah kecewa beberapa kali.

Aku ini setia atau bodoh?"

- Unknown. -

❤❤❤

Aaric tidak tahu apa yang membuatnya mendatangi tempat ini setelah sekian lama. Sebuah kastil tua yang seingatnya dulu begitu terawat, sekarang kusam dan ditumbuhi semak-semak belukar. Matanya menjelajahi waktu seakan kembali ke masa lalu. Hatinya menghangat sejenak saat mengingat masa itu.

Warna langit mulai menguning, salju mengepung sekitarnya, namun lelaki bersurai gelap itu tak beranjak sedikit pun dari tempatnya berdiri. Rasanya jika ia bergerak seinchi pun, memori indahnya akan hilang tak membekas tergantikan oleh teriakan amarah sang ayah pada ibundanya.

Spontan Aaric menggeleng kuat. Tangan kanannya memukul dada kiri miliknya berulang kali. Hampa, awalnya hampa. Namun kenapa ia begini lagi? Kenapa ia menjadi lemah begini?

Aaric seharusnya tidak mendekati gadis itu. Semua rencananya sia-sia saja. Lagipula bukankah ada yang menginginkan gadis itu mati juga?

Akan tetapi, kenapa rasanya Aaric tak rela? Haruskah Aaric membunuh gadis itu dengan tangannya sendiri?

"GILA KAU! GILA!" Aaric menggeram frustrasi. Perlahan kakinya tertekuk membuatnya berjongkok di depan pintu bersimbol perisai elang di kedua sisinya.

Seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya ... ia membiarkan gadis itu mati saja. Menyusahkan! Menghambat! Semua hal yang buruk ada pada gadis itu!

Tetapi ...

"Aku tak ingin ..." Aaric mendesah sembari menggigit bibirnya. Matanya terpejam menikmati udara dingin yang membelai lembut permukaan kulitnya. Namun, ia belum terusik sama sekali.

"Pangeran di sini?"

Lelaki bersurai hitam itu sontak menoleh kaget mendapati sesosok pengawalnya yang ia percayakan untuk menjaga tempat ini. Walaupun bagian luar kastil terlihat buruk tak terawat, Aaric tahu, bagian dalamnya luar biasa.

"Harold Arthur," ucap Aaric lirih. Ia berdiri tegak, lalu membersihkan debu yang tak terlihat di bajunya dengan kedua tangan. "Kuharap kau tak melihat kejadian barusan."

Arthur tersenyum memaklumi. "Pangeran mau makan dahulu? Saya siapkan nanti."

"Satu saja, jangan betina." Aaric mendesah kecil. "Kalau bisa lelaki berambut putih seperti kakek-kakek, tapi usianya masih remaja. Orangnya jelas tidak lebih tampan dariku. Tingginya sekitar 175 cm, berkulit albino, suka sekali membuat kesal. Tolong bawa makanan seperti itu ke mari."

Tidak tahu saja, pengawal Aaric yang satu ini ternganga mendengar ciri-ciri yang baru saja disebutkan. Bagaimana ia bisa mendapatkan makanan tuannya dengan ciri-ciri tersebut?

"Pangeran ..." Mata Arthur mendelik kecil, namun tetap bersikap sopan. "Pangeran memang sedang ingin makan itu atau sedang membencinya sampai ingin memakannya?"

El Academy [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang