Chapter 7.5 : Teman atau Musuh?

2.1K 175 5
                                    

Sengaja memisahkan chapter 7 karena ngerasa chapternya begitu panjang :')

Maaf ya kalau setiap part selalu 4000 kata. Itu karena entah kenapa aku ga bisa berhenti nulis sebelum segitu :v

Maaf 😭😭

[Revisi]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

🐯 🐆 🐯

"NATHAN!" teriakku saat melihat seseorang mencekik lehernya. Siapakah yang mencekiknya? Ya, dia adalah Arzeon Stevanza Justino Avram. Kaget? Haha, aku juga.

Nathan baru saja membuat Morgana tidak bisa bergerak dan terkapar di tanah dengan kekuatan gravitasinya. Namun tiba-tiba, Zeon yang sudah berlari lebih jauh dariku, langsung mencekik Nathan tanpa berpikir terlebih dahulu. Alhasil sekarang kami panik, apalagi aku dan Aaric baru saja datang.

Pandanganku beralih cepat pada Lunara yang terduduk bersandar di pohon—tanpa ekspresi. Dia terlihat berbeda. Aura yang kurasakan di sekitarnya semacam redup dan Lunara sendiri terlihat seperti mayat hidup.

Aku kembali memandang ke arah Nathan yang mulai kesakitan akibat cekikan Zeon yang kuat. Tanpa berpikir lebih lama, aku langsung berlari ke arah Zeon yang tanpa ampun mencekik Nathan. Langsung saja aku menarik kerah bajunya kuat dan berteriak tepat di telinganya. "BERHENTI!"

Zeon sempat menghentikan acara mencekik itu. Tetapi sesuatu yang tak kusangka terjadi. Zeon menepisku, mendorongku hingga aku bertatap muka dengan ranting dan batu kecil yang membuatku spontan meringis.

Secepat kilat, bahkan aku belum sempat berpikir sesaat, Aaric berlari ke arah Zeon dengan kecepatan yang tidak bisa kuperkirakan. Lelaki itu menggeram marah, aura gelapnya kentara sekali. Hingga ia melayangkan tinjunya kepada Zeon, membuat Zeon terpental beberapa meter dari tempat Nathan berdiri.

Sontak aku berdiri dengan ringisan kecil keluar dari bibirku. Kuhampiri Nathan, mengecek keadaannya. Aku hampir menangis melihatnya seperti ini. Apalagi melihat goresan kuku di lehernya, aku yakin ini ia dapatkan ketika Zeon terhempas sendirian di sana.

Bahkan aku tidak ingin menatap Zeon sama sekali.

"Kamu baik-baik saja?" tanyaku sembari meringis melihat leher Nathan yang memerah. Lelaki itu tidak menjawab, sibuk mengedarkan pandangannya perlahan sembari memegang lehernya dengan satu tangan.

Hingga ia menunjuk pada satu tempat, membuat mataku sontak melebar.

"Lu ... na ... ra." Nathan berbicara dengan kesusahan dan nada yang mengenaskan. Aku langsung memperhatikan apa yang ditunjuk Nathan itu dengan pandangan tak percaya. Morgana menyihir Lunara dengan sebuah aura ungu yang tak tahu apa. Apakah mungkin Nathan menggunakan kekuatannya karena ini? Ingin melindungi Lunara?

Kalau begitu, mengapa Zeon mencekik Nathan tanpa berpikir terlebih dahulu?!

Sial, aku benar-benar marah dan kecewa padanya.

Segera aku memberikan instruksi kepada Aaric untuk segera bergerak. Lelaki itu langsung mengangguk dan menghentikan Morgana mempengaruhi Lunara lebih jauh lagi. Ia memukul leher gadis itu, sehingga ia pingsan di dedaunan.

Kulihat Aaric terpaksa menggendong Lunara di punggungnya karena gadis itu linglung—berdiri pun tidak sanggup. Aku mencekal lengan Nathan, menariknya menjauh dari sana.

"Kau bisa 'kan?" tanyaku ketika berada di dekat Aaric. Jujur saja, aku tahu ia tidak nyaman. Atau mungkin ... ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now