Chapter 2 : Dandelion

4.6K 275 24
                                    

[Revisi]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

🌿 🌺 🌿

Bunga Dandelion.

Kata ibu, bunga dandelion adalah salah satu bunga yang mempunyai kekuatan terbaik yang pernah ada. Kata beliau, setiap kita meniup satu bunga dandelion, maka permintaan kita akan dikabulkan. Entah saat itu ucapannya benar atau tidak. Yang pasti, Feyna kecil pasti percaya.

Kalau aku diberikan satu tangkai bunga dandelion saja, mungkin aku akan benar-benar mensyukurinya. Kalian tahu? Bagiku, bunga itu amatlah berharga. Bukan hanya sebagai pengabul permintaan seseorang. Namun juga sebagai alasanku untuk terus hidup di dunia yang kejam ini. Karena bunga itulah bisa menjadi obat rinduku untuknya, ibuku.

👑 👑 👑

"Pangeran Aaric," ucap salah satu pemuda berbadan tinggi dan besar yang membungkuk dengan hormat. Aaric tak menjawab, ia memilih fokus membaca pada sebuah majalah dewasa di tangannya ini.

Lelaki yang berbadan besar itu langsung menundukkan pandangannya ke bawah. Selama ia hidup, ia sama sekali tidak pernah melihat wajah lelaki dihadapannya dengan sempurna. Memang ada yang memberitahukan kalau ada yang melihat wajah Pangeran Aaric, maka siapapun itu pantas mati.

Mengerti akan situasi yang terjadi, Aaric meletakkan majalahnya, lalu mengangkat dagunya—menatap bawahannya dengan mata merendahkan. "Kuharap kau membawa kabar baik hari ini, Tedmund."

Katakan bahwa Aaric tidak sopan kepada lelaki yang lebih tua darinya. Silakan! Tidak apa-apa. Mengapa ia harus takut dengan mereka kalau dalam sekali kedip saja, ia bisa membuat puluhan orang terpenggal?

"Ampuni hamba Yang Mulia, hamba membawa kabar baik." Lelaki yang  berperawakan besar nan menjulang tinggi ini sedikit meringis dalam hati. Namanya bukan Tedmund, namun Pangeran Aaric asal saja menyebutkan namanya. Ah, ia sedikit kesal, namun berusaha ditahan olehnya.

Dengan satu helaan napas, lelaki berbadan besar itu berkata dengan tegas, "anak dari Matius Julio Stormhold dan Isabella Irena Stormhold telah ditemukan."

Aaric menaikkan alisnya dengan antusias. "Benarkah?"

Suara serak khas Aaric membuat beberapa orang di sana memejamkan matadan meneguk ludah. Suara yang ia hasilkan mampu membuat banyak orang merinding dan merasa pantas mati saja.

Lelaki yang menunduk di depan Aaric mengangguk dengan hati-hati. "Dia berada di Pulau Victorian, Pangeran. Tepatnya berada di Auvilian untuk bersekolah di salah satu sekolah paling elit disana yaitu El Academy. Dia juga menyembunyikan identitasnya, Pangeran, walaupun namanya masih sama." Lelaki itu tersenyum getir dan membaca gulungan kertas yang sedikit ternodai oleh darah.

"Nama gadis itu adalah Oilien Feyna Aksana. Entah saya tidak tahu, namun saya yakin akan sulit menemuinya di El Academy tanpa terdeteksi oleh pihak sekolah. Apalagi jika bertemu dengan Ivy," ucapnya dengan hati-hati. Takut sewaktu-waktu lelaki di hadapannya memenggal kepalanya.

"Kalau begitu, kau ada rencana?" tanya Aaric sesantai mungkin. Semua penjaga terkejut bersamaan—tidak biasanya Sang Pangeran akan menanyakan sesuatu pada bawahannya.

Tenggorokannya terasa kering seketika saat mendengar kalimat itu. "Ada, Pangeran. Namun apabila Pangeran Aaric tidak mau melakukannya, saya--"

"Akan kulakukan!" potong Aaric lembut bak pangeran kegelapan dengan seringainya.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now