Chapter 3 : Si Rambut Silver

4.1K 246 14
                                    

[Revisi]

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

🐾 🐾 🐾

"Untuk mengeluarkan suatu kekuatan yang terpendam, kamu harus mencoba bersahabat dengan kekuatan itu. Caranya mudah, seperti--"

"Bersahabat dengan kekuatan? Memangnya kekuatan itu bisa bicara?" Ucapan Feyna membuat Zeon menepuk dahi. Ia tidak percaya bahwa teman satu elemennya itu ternyata sangat bodoh.

Zeon tersenyum masam. "Hey Nona, lebih baik mendengarkan dahulu daripada mengoceh tidak jelas dan membuat telingaku sakit."

Feyna berdecak kesal sebagai tanggapan. Matanya mendelik kesal membuat kesan lucu di mata Zeon.

"Maksud dari bersahabat dengan kekuatan itu adalah kamu harus mau merasakan kekuatan itu ada di dalam dirimu. Seperti meminum teh, kamu tidak akan merasakan betapa nikmatnya teh itu kalau tidak kamu coba rasakan perlahan," tutur Zeon dengan bijak. Feyna tak banyak menanggapi, ia memilih duduk bersandar di pohon tanpa berminat memperhatikan Zeon lagi.

Dengan hembusan napas pasrah, Zeon ikut duduk bersandar di samping Feyna dengan arah yang berbeda. Namun cukup mampu melihat hidung mancung gadis itu dan tatapan teduhnya.

"Sebenarnya, siapa kamu?" tanya Zeon tiba-tiba membuat Feyna kontan terperanjat.

"Maksudmu?" Gadis itu menggaruk pipinya gugup.

"Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu benar-benar buta mengenai magic dan kekuatan yang nyatanya itu sudah biasa di dunia kita. Normalnya, orang-orang akan merasakan kekuatan mereka saat berumur 6 tahun. Entah itu berbentuk aura ataukah mimpi. Tetapi aku belum pernah melihat seseorang sepertimu yang belum membangkitkan kekuatan bahkan setelah umur menginjak remaja. Kecuali kalau dia memang bodoh," ucap Zeon panjang lebar membuat Feyna sedikit tersinggung dengan ungkapan kalimat terakhir Zeon.

Bodoh? Ia tidak bodoh! Hanya belum tahu.

Sebenarnya Feyna tidak buta kekuatan. Ia pernah sekali dua kali melihat kekuatan orang tuanya—ketika melindunginya, melihat kekuatan pelayan istananya, dan melihat kekuatan prajurit ayahnya. Namun ia tidak berminat untuk mempelajarinya walau tak ada yang melarang. Ia lebih suka menggunakan fisik seperti memanah, mempelajari pedang, dan berkuda. Padahal itu jarang sekali dipelajari oleh prajurit istana kecuali untuk berlatih fisik.

"Aku lebih suka memanah, menggunakan pedang, dan berkuda ketimbang mempelajari kekuatan yang menghabiskan energi," jawab Feyna tanpa menoleh sama sekali. Angin hutan menyapu wajah cantiknya membuat matanya terpejam selama beberapa saat.

"Jujur saja, cara berpikirmu itu aneh. Dengan kekuatan, kamu bisa berlari lebih cepat dari kuda, bisa lebih tepat sasaran ketimbang memanah, dan bisa lebih tajam ketimbang menghunuskan pedang. Namun, gadis sepertimu lebih memilih melakukan hal semacam itu? Aku benar-benar penasaran mengenai masa lalumu. Jangan tersinggung." Zeon menatap langit dan menghembuskan napas panjang. Sesekali tangannya mencabuti rumput mati yang mulai menghiasi Hutan Aukwood di musim gugur.

Hutan Aukwood, salah satu hutan yang jarang dimasuki orang-kecuali penduduk Auvilian terdekat. Namun lebih jarang lagi hutan di sebelah selatan Auvilian yaitu Darkwood. Tempat itu belum pernah terjamah oleh para supernatural sama sekali. Ah, mungkin ada, namun tidak diketahui keberadaannya. Mitosnya; ada banyak makhluk—sejenis hewan fantasi yang hidup di sana.

Feyna tersenyum miring. "Jangan bertanya tentang masa laluku, Ze."

"Kamu tahu? Masa laluku adalah salah satu dari sekian banyak hal yang paling aku benci," lanjutnya sembari menengadah.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now