04. Keterpaksaan Rasa

1.7K 466 342
                                    

"Keterpaksaan rasa hanya sedikit menuai bahagia. Namun, seringkali berakhir luka."

*****

"Bagaimana tanggapan Nak Reyhan mengenai perjodohan ini?"

Rey terdiam mendengar pertanyaan dari Ayah Daniel. Pikirannya kembali menerawang, mengingat suatu hal beberapa jam lalu, saat di kediamannya. Sesaat sebelum keberangkatan menuju acara makan malam itu.

"Jika kau menolak perjodohan ini, maka Ayah tidak akan pernah menuruti kemauanmu dan tidak akan pernah mengizinkanmu untuk berkarier sebagai dokter kebanggaanmu itu. Ayah juga akan mengeluarkanmu dari Rumah Sakit milikku, tempatmu bekerja saat ini. Kaupun sudah tahu jika Ayah sejak dulu menentang itu bukan?".

Ancaman telak itu membuat Reyhan terjerat dan tentu sulit untuk sekadar mengelak.

Ayah Lucas memang sejak dahulu ingin Rey melanjutkan bisnis keluarganya yang kini kian berkembang pesat. Namun, Rey bersikeras ingin melanjutkan pendidikannya di bidang ilmu kedokteran, hingga kini diusianya yang terbilang muda, 27 tahun telah menyandang gelar sebagai dokter spesialis saraf karena kecerdasan dan kerja kerasnya.

Rey membagi waktu untuk dapat membantu ayahnya di perusahaan milik keluarga James, meski waktunya banyak tersita untuk melayani pasien sebagai dokter yang merupakan kebanggaannya. Namun, itu sudah menjadi kesepakatannya dengan sang ayah. Apakah kali ini ayahnya telah memperbarui kesepakatan dengannya? yang benar saja. Geramnya frustasi dalam hati.

"Jadi Ayah pikir ini adalah penawaran yang bagus untuk disepakati. Ayah kira kau tahu, apa yang lebih penting bagimu di antara lainnya bukan?, jangan sampai kau menyesal. Hanya ada dua pilihan, menerima atau melepaskan!" Tandasnya menjelaskan dengan serius dan syarat akan ancaman. Sebelum pergi menuju mobil, ditepuknya bahu Rey yang berdiri di hadapannya sedang tertegun mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulut sang Ayah. Rahangnya mengetat, jemarinya mengepal erat, menahan emosi yang bergejolak di hati.

Reyhan masih mengingat dengan jelas ancaman sang ayah yang baginya bagai mimpi buruk beberapa saat lalu. Kalimat itu selalu terngiang dalam pikirannya. Melepas dunia kedokteran yang merupakan passionnya? ah yang benar saja. Menjadi dokter adalah impian terbesarnya sejak kecil, dan setelah terwujud harus ditinggalkannya?, "tidak akan pernah"! Batin Rey tegas menolak.

Itu adalah konsekuensi besar yang harus ia tanggung jika menolak perjodohannya. Semua ini karena perjodohan konyol, gara-gara kau wanita sialan! sumber masalah. Umpat Rey dalam hati memandang wajah Neira penuh intimidasi dan rasa benci.

Rey menghembuskan napas berat. "Baiklah, saya menerima perjodohan ini" Hingga itulah yang keluar dari bibirnya dengan sangat berat hati.

*****

Malam yang kian menggelap, pekat, seakan melingkupi suasana hati seseorang yang tengah terguncang hebat. Di sebuah kamar yang temaram dengan lampu padam, seorang perempuan sedang duduk meringkuk memeluk erat lututnya di atas tempat tidur. Menenggelamkan wajahnya di antara lutut dengan bahu bergetar.

Ya, ia sedang menangis sejadi-jadinya. Menangisi hidupnya yang seolah dipermainkan takdir. Tentang pengkhianatan dan perjodohan hampir secara bersamaa dirasakannya. Hatinya sedang sangat terluka karena pengkhianatan seorang laki-laki yang amat dicintainya. Ditambah berita tentang tanggal pertunangannya telah diputuskan seketika itu, setelah Rey menyetujui perjodohan di antara keduanya.

Neira sudah tidak memiliki hati yang utuh, bahkan kini ia tak berhak atas jalan cerita yang akan ia ukir dalam hidupnya?

Ia diharuskan untuk segera memulai hidupnya dengan keterpaksaan rasa, hubungan dalam sebuah ikatan pernikahan tanpa adanya cinta? Duka yang sempurna!

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now