12. Keanehan yang Mengherankan

1.3K 334 124
                                    

"Sikapnya yang menyimpan penuh kemisteriusan

membuat seseorang terheran-heran dengan segala keanehan"

*****

Neira memasuki ruang kerja dosen yang masing-masing dibatasi oleh sekat rendah "Assalamualaikum," sapanya ketika membuka pintu ruangan itu.

"Waalaikumsalam," jawab empat rekan dosen yang sudah datang terlebih dahulu di ruang itu. Mereka juga memiliki jam mengajar senin pagi di kelas dan angkatan berbeda.

Ruang dosen ada empat, bersebelahan dan berharapan. Terletak di lantai tiga gedung A-gedung denakat.

Masing-masing ruang itu ditempati oleh lima orang. Lantai empat, teratas adalah ruang para jajaran dekanat, dari dekan hingga wakil dekan serta ruang rapat.

Di sisi kiri gedung A terdapat gedung B- gedung perpustakaan, ruang jurusan, ruang kelas, ruang aula, ruang serba guna, dan lain-lain.

Ruang mengajar Neira terdapat di lantai dua gedung itu sedangkan di lantai satu adalah ruang bagian akademik, tata usaha, keuangan dan lain-lain.

Ketika Neira duduk di meja kerja dan meletakkan tas, ada seseorang menghampirinya "Ra, maaf ya aku tidak datang diacara resepsimu, karena Kiara sakit," sesal Inara dengan raut wajah serius.

Inara adalah seorang dosen sekaligus salah satu sahabat dekat yang memiliki ruang bersebelahan dengannya. Inara begitu peduli dan terkadang mampu memberikan masukan yang bijak untuk Neira.

"Ya ampun, In...kenapa dengan Kiara? Bagaimana keadaannya sekarang?" jawab Neira terkejut mendengar kabar buruk tentang anak imut dari sahabatnya itu. Mengingat betapa sulitnya merawat anak berumur satu tahun tanpa suami.

"Dia, demam tinggi saat itu, tetapi jangan khawatir dia sekarang sudah sehat kembali. Dia sedang di temani bermain di taman bersama Neneknya" jawab Inara tersenyum lega.

"Alhamdulilah...syukurlah jika demikian, In."

"Oya, kita ngobrolnya lanjut nanti ya. Ini hampir pukul delapan dan aku harus segera mengajar," ucap Neira pamit menenteng tas lalu mengucap salam setelah terdengar jawaban dari sahabatnya itu.

*****

"Assalamualaikum, dan selamat pagi," ucap Neira tersenyum ramah setelah duduk di ruang kelas itu. Lalu salam itu dijawab oleh para mahasiswa.

"Baik, sebelum kita memulai perkuliahan, saya ingin menyampaikan bahwa saya sudah mengoreksi dan memberi nilai tugas esay kalian. Jadi nanti koordinator kelas silahkan membagikan hasil lembar esay masing-masing di meja saya ini,"

"Baik, Bu," ucap Devan selaku ketua kelas.

"Ternyata masih ada beberapa mahasiswa yang mendapat nilai kurang atau tidak mencukupi karena banyak kesalahan yang dilakukan dalam pembuatan esay. Jadi kali ini, mari kita akan membahasnya kembali tentang esay ini," ucap Neira tenang dan penuh kewibawaan sembari memegang salah satu esay mahasiswa menjadi contoh untuk kembali diulasnya.

"Saya harap jika di antara kalian memang ada yang belum paham, mohon ditanyakan kepada saya. Kalian mengerti?," tambahnya dengan ramah.

"Baik,Bu," jawab mahasiswanya yang dengan senang hati mengikuti perkuliahannya.

Terlebih Vinno-sedari tadi masih seperti biasa. Menatap dan memperhatikan Neira dengan seksama yang tepat lurus di hadapannya, karena laki-laki itu duduk di deretan kursi terdepan bersama Dirga dan mahasiswa lain.

Neira dan mahasiswanya fokus mengulas esay-esay itu. Ia juga kembali menjelaskan beberapa materi yang ternyata ada beberapa yang masih belum memahami. Waktu terus bergerak maju karena mereka terlalu seru membahas ilmu, sehingga waktupun seakan tak terasa telah berlalu.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now