30. Konsekuensi

597 175 40
                                    

"Perihal apapun yang diputuskan tentu memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan"
*****

Samar-samar terdengar oleh Reyhan suara kegaduhan. Jelas itu mengganggunya yang baru beberapa saat lalu memejamkan mata.

Sudah lima hari ini terlalu banyak yang ia tangani, entah Rumah Sakit, perusahaan juga perkara perceraiannya. Urusan itu hampir bersamaan membutuhkan perhatian darinya, hingga membuatnya selalu tidur larut malam. Ia belum mengambil waktu tidurnya dengan layak.

"Ada apa ini, ck!" gerutunya sembari beranjak berdiri lalu pergi.

Teriakan seseorang itu semakin jelas didengarannya juga diikuti suara lainnya. Ia yakini berasal dari lantai dua.

"Reyhan! Di mana kau?"

"Ayah?" Reyhan terkejut mendapati mereka datang, yang lebih menarik perhatiannya adalah ekspresi gelap pada raut wajah Ayah Lucas.

Elladya, Davin dan ibunya mengekori sang ayah yang melangkah cepat bergegas ke arahnya "Ini dia, si anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung."

Plakk!

"Dasar anak tidak berguna!"

Bugh!

Beruntun pukulan dan tendangan keras beberapa kali menghantam tubuh Reyhan yang sontak membuatnya terhuyung ke belakang. Jelas, Ayah Lucas lepas kendali.

Ibu Raniya terbeliak, menutup mulut dengan tangannya. Suaminya sedang gelap mata sejak di perjalanan kepulangan mereka.

Begitu mengetahui kabar perkara perceraian Reyhan dengan Neira. Pria paruh baya itu tidak bisa menunggu lagi, langsung melakukan penerbangan dari Australia memboyong isteri serta kedua anaknya.

"Kak Luc, kumohon kendalikan dirimu!" Ibu Raniya tergugu sembari mencoba menarik lengan Ayah Lucas.

"Ayah, tenanglah, kita bicarakan dahulu." Elladya memohon kepada ayahnya. Namun, rupanya pria paruh baya itu benar-benar murka.

Kembali melayangkan pukulan kepada anaknya dengan penuh tenaga.

Reyhan tersungkur. Terjerembab di lantai dingin itu. Bibirnya robek mengeluarkan darah disertai lebam di wajahnya. Kepalanya terasa berdenyut nyeri.

Benar saja. Ia rasa kemurkaan ayahnya kali ini begitu tidak terkendali. Nyalinya menciut. Ia sadar berita yang dengan sengaja ia tutup-tutupi dari mereka telah terembus oleh ayahnya. Keluarga James.

"Kau cari mati rupanya, hah!" teriaknya lantang hendak kembali menyerang, tetapi dihadang oleh Ibu Raniya, sedangkan Davin dan Elladya hanya bergerak mendekat. Namun, tidak cukup berani untuk meraih tubuh sang ayah yang sedang meluapkan amarahnya.

Reyhan kian sadar sisi yang mendominasi dalam dirinya itu jelas diwariskan dari ayahnya.

"Sayang ... aku mohon, mari kita duduk. Kau lelah butuh istirahat, kendalikan dirimu." Ibu Raniya berkata dengan lembut lalu mendekat dan mengapit lengannya. Setelah dirasanya tidak ada lagi pergerakan dari suaminya. Ibu Raniya memandang lurus Reyhan.

"Ibu sangat terluka dengan sikap dan perbuatanmu, Reyhan. Aku tidak sekali pun menduga sampai kau benar-benar melakukannya." Tatapan terluka dan perkataan sang ibu menohok dadanya.

Reyhan tidak pernah sama sekali melihat ibunya memandangnya kecewa dan seterluka ini. Ia merasa buruk.

"I-Ibu, dia yang telah melenyapkan...melenyapkan Anna. Aku hanya sedikit memberinya pelajaran." Reyhan mencoba mencari pembelaan atas keluhan yang dialamatkan kepadanya.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now