13. Terulang, Kembali Mengenang

1.3K 324 149
                                    

"Terkadang kenangan jauh mampu mengancam lebih dari kehadiran"

*****

Pagi buta datang, masih dengan suasana lenggang. Neira terbangun seperti waktu biasa, untuk menunaikan ibadah. Namun, kali ini tubuhnya terasa ringan. Tak lagi ada beban dari sebuah lengan yang melingkar di perutnya. Neira menoleh ke belakang, pandangannya tak menemukan seseorang yang tidur di sisi ranjang.

"Kemana laki-laki itu?" gumam Neira bertanya entah pada siapa.

Semalam Neira memutuskan pergi tidur setelah kehadirannya disadari Reyhan di ruang studio mini, yang memintanya pergi. Tubuhnya juga sudah terasa lelah dan lemas menuntutnya untuk merebah. Meski pikirannya masih bertanya-tanya dan mencari jawaban dari keanehan dan kemisteriusan seorang Reyhan.

Neira mengabaikan pemikirannya. Ia bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi. Menyelesaikan aktivitas lalu segera melaksanakan kewajiban beribadahnya.

Hari ini hari jumat, dan Neira memiliki jam mengajar siang. Ia tidak lagi berangkat kerja pagi bersama Reyhan. Neira sudah memutuskan pagi ini ia akan gunakan waktunya untuk berolah raga lalu setelahnya pergi ke toko buku.

Neira sengaja berolah raga di luar agar dapat menghirup udara pagi yang sejuk dan segar. Meski di rumah besar itu terdapat ruang fitness. Namun, lain hal baginya.

Pukul 06.00, Neira keluar dari kamar sudah dengan pakaian olah raganya berniat turun. Namun, saat akan berjalan menuju tangga, ia melihat Reyhan sudah rapi dengan kemeja dan menenteng tas kerja keluar dari kamar. Tepatnya kamar Davin yang telah diketahui Neira.

Tampaknya Reyhan telah bersiap di kamar Davin, lalu segera keluar agar keluarganya tidak ada yang tahu malam itu, ia tidur terpisah kamar dengan Neira. Termasuk adiknya, Elladya yang tepat di sebelah kamarnya Davin-tempatnya tidur semalam.

Oh, jadi dia tidur di kamar Davin. Neira membatin. Lalu, kapan dia mengambil pakaiannya dari kamar? Tambahnya dalam hati.

Kau konyol Neira...tentu saja saat kau sedang tidur. Lagi pula kapan kau pernah tahu gerakan rahasianya itu? Cibir suara lain dalam hatinya dan Neira membenarkan hal itu.

Apakah dia marah denganku karena kejadian semalam? Ah, apa peduliku. Tambahnya membatin.

"Selamat pagi," Terdengar suara datar menyapanya. Membuat Neira yang sedang sibuk dengan pemikirannya seketika terkesiap menatap pemilik suara itu. Ia tentu terkejut lalu sepersekian detik berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.

Reyhan sedang menyapanya bukan? Hal yang selama ini tak pernah laki-laki itu lakukan terhadapnya. Oh ya ampun, apalagi ini? Suara Reyhan jelas berbeda dari semalam yang dingin tajam mengancam.

"Ah, ya....selamat pagi," jawab kikuk Neira masih dengan ekspresi tak percayanya. Lalu Neira lekas-lekas memilih berlalu, menuruni anak tangga. Tak ingin berlama-lama menatap wajah datar itu.

Sedangkan Reyhan berjalan menuju arah lift. Hal yang diketahui, saat Neira sejenak menoleh ke arahnya. Tentu laki-laki itu memilih menggunakannya agar pakaian yang rapi itu tidak menyerap peluh keringatnya. Ia begitu menjaga penampilannya.

"Bi, saya akan berolah raga sebentar di luar. Tolong beritahu Ibu dan Ayah jika sudah bangun ya?" ucap Neira sopan ketika menemukan wanita paruh baya itu sedang menyiapkan masakan di dapur.

"Baik, Non Neira...nanti akan saya sampaikan kepada Nyonya dan Tuan," jawab Bibi Ratna tersenyum ramah. Neira menjawabnya dengan anggukan dan senyuman.

Sedangkan Reyhan yang dikiranya menuju ruang makan atau ruang tamu di lantai satu ternyata tak juga menampakkan batang hidungnya Kemana laki-laki itu? Pikir Neira.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang