25. Suatu Kenyataan

1K 249 60
                                    

"Jika dapat memilih, maka tersesat dalam labirin ketidaktahuan adalah pilihan teraman untuk menempatkan perasaan dari jangkauan kenyataan yang menghujam tak terelakkan ."
*****

Dua hari terlewati. Sore ini Neira yang sehabis menyegarkan tubuh dan mengenakan pakaian santainya itu sedang berjalan mengambil duduk di sisi ranjang. Semenit kemudian ponselnya berdering. Tertera di layar datarnya bahwa ibu mertua yang menghubunginya. Tanpa membuang waktu, diterimanya panggilan itu.

Sungguh Neira merindukan ibu mertuanya. Akhirnya terjadi obrolan panjang antara keduanya. Dari saling menanyakan keseharian, hingga menanyakan tentang kapan ia dan Reyhan akan mengambil penerbangan ke Australia. Dan meminta Neira untuk memberitahu Reyhan, sebab laki-laki itu hari ini sulit sekali dihubungi olehnya.

Neira tertegun mendengar serentetan kalimat terakhir ibu mertuanya itu. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan tentang hal ini? Tiga minggu lalu ia berharap bisa kembali bertemu keluarga James bersama Reyhan.

Namun, kali ini situasinya berbeda. Ia sekarang menjaga jarak dengan laki-laki itu, dan kini secara langsung mertuanya memintanya untuk mengobrol dengan Reyhan dan melakukan penerbangan bersamanya?

"Baiklah, Ibu... Nanti akan saya sampaikan kepada Reyhan, dan tentu akan mengabari Ibu kembali."

"Iya, Sayang... Ibu tunggu kabar secepatnya dari kalian. Kami sudah tidak sabar menunggu kedatangan kalian. Ibu tutup teleponnya, Nak. Assalamualaikum...." ujarnya lembut khas seorang yang keibuan.

"Iya, Ibu. Waalaikumsalam," balas Neira mengakhiri obrolan mereka.

Setelah menimang-nimang panjang, demi menyampaikan pesan sang ibu mertua maka di sini lah Neira berada. Meski sejujurnya sangat enggan untuk bertemu Reyhan. Setidaknya kali ini ia ingin menyampaikan amanah dari mertua dengan benar.

Neira mendesah seiring langkah kakinya memasuki lobby rumah sakit dan menanyakan ruangan Reyhan kepada salah seorang suster yang kebetulan berpapasan dengannya.

Sebab rumah sakit ini besar dan juga kali pertama Neira akan menemui Reyhan yang Neira yakini ia memiliki ruangan khususnya.

Sebelumnya suster itu berkelit-kelit untuk membocorkan ruangan khusus salah seorang anak pemilik rumah sakit James itu. Namun, ketika Neira memberi tahu ikatan statusnya dengan Reyhan, wanita itu dengan ekspresi terkejut sesaat sebelum akhirnya langsung membimbing menunjukkan jalan untuknya.

Memang tidak semua jajaran rumah sakit datang dipesta resepsi mereka bukan? Jadi wajar saja jika tidak semua karyawan mengenal Nyonya Reyhan.

Neira meminta suster itu untuk meninggalkannya begitu sampai di depan ruangan berwarna biru langit. Ruangan yang memiliki ornamen berbeda dibandingkan lainnya. Neira mengamatinya sesaat, lalu dengan enggan dan penuh keragu-raguan akhirnya mendekati ruangan yang terlihat tidak tertutup rapat.

Gadis itu memutuskan untuk masuk, dan ternyata di ruangan itu masih ada sekat lagi di sisi kiri dan pintunya tengah terbuka sedikit. Ruang utama yang di hadapan Neira terdapat sebuah kursi sofa layaknya ruang tamu dan masih ada dua ruang lainnya.

Belum sempat Neira menelisik masing-masing ruangan itu untuk mencari keberadaan Reyhan, lebih dahulu Neira disambut dengan suara perdebatan dari dalam sana. Segera saja Neira bersembunyi ke sisi dinding agar tak disadari kehadirannya.

"Kau benar-benar brengsek dari yang kukenal, Rey!"

Terdengar perdebatan seseorang dari ruang itu yang berjarak dekat darinya, hanya pandangannya terhalang dinding di sisi kirinya. Neira telah bersembunyi di tempat terdekat untuk mencuri dengar obrolan mereka.

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now