Pangeran Dani?

4.9K 704 27
                                    

Jinara menghela nafas pendek, ia sungguh bosan sekarang. Sedari tadi tidak ada satupun kegiatan berarti yang dia lakukan. Kamar inapnya pun sepi karena ayahnya, Mahendra dan kekasih barunya, Citra sedang pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa masalah dibantu juga oleh Dava si teknisi komputer dadakan. Jay dan Sakha pulang dahulu ke rumah untuk memasak dan membersihkan rumah, sedangkan Wilnan sedang melakukan kencan perdananya. Jinara sedikit kagum karena akhirnya Wilnan memiliki calon kekasih setelah sekian kejadian kakaknya itu tertolak oleh wanita.

Dan sekarang, di kamar ini hanya ada Jinara dan Key. Itu sama saja dengan ia ditinggal sendiri karena Key itu tidak berguna keberadaannya. Lihat saja, ia malah sedang asyik sendiri dengan handphone-nya, mengabaikan Jinara yang sedang membutuhkan hiburan.

Jinara mendongak untuk melihat jam di dinding, sekarang sudah pukul 4 sore. Terakhir kali ia mengobrol dan bersuara adalah saat para temannya datang menjenguk, itu pun sudah satu jam yang lalu. Lalu pandangannya beralih pada jendela besar di samping kirinya yang menampilkan suasana di luar. Suasana taman belakang rumah sakit yang dipenuhi oleh anak-anak yang sedang bermain dan tertawa membuat kedua mata Jinara berbinar tertarik.

"Abangggg," panggil Jinara pada Key yang sedang sibuk tertawa dengan layar ponsel.

Tanpa menoleh ke arah Jinara, Key bergumam. "Hmm?"

"Ayo keluar."

"Ke?"

"Ingin jalan-jalan, gabut." Pinta Jinara dengan menaruh harapan penuh jika Key akan mengiyakan permintaannya.

Key menoleh sebentar, lalu fokus kembali ke handphone yang ada di tangannya. "Tidur aja kalau gabut."

Air wajah Jinara berubah menjadi datar, memaksa Key sama saja menguras tenaga, lebih baik ia pergi saja sendiri daripada menghabiskan waktu membujuk kakaknya. Tanpa menunggu lama, Jinara menyingkap selimutnya dengan pelan dan turun dari ranjang. Ia lalu membawa tiang infus nya dan berusaha sekuat tenaga untuk berjalan keluar.

Ceklek

Suara pintu yang dibuka membuat perhatian Key teralihkan, ia langsung bangkit saat melihat adik bungsunya itu sudah berada di ambang pintu dan berjalan keluar. Dengan segera, ia menyusul Jinara setelah mengamankan handphone-nya ke saku celana.

"Mau kemana sih?" Tanya Key gemas, seharusnya Jinara istirahat saja di dalam bukannya berkeluyuran tidak jelas, karena jika terjadi apa-apa pada Jinara, maka yang akan disalahkan tentu saja Key.

"Gabut, mau ke taman aja." jawab Jinara sekenanya.

Key mengambil alih tiang infus Jinara dan membantu adiknya itu berjalan dengan mengandeng tangan Jinara. "Istirahat di dalam, apa susahnya sih, dek?"

"Pusing." Jawab si bungsu singkat yang membuat helaan nafas terdengar dari kedua bibir Key. "Makan kalau gitu, belum makan lagi kan, kamu?"

"Abang, aku pingin coklat." Pinta Jinara setelah mempertimbangkan ucapan Key tentang makanan.

"Kan ada di kamar. Eh tapi boleh emang makan coklat?"

"Boleh kok, tadi juga kata dokter gitu. Penambah stamina."

"Ya sudah, lo tunggu di sini, jangan kemana-mana. Gue ambil dulu coklatnya, ingat, jangan kemana-mana." Ucap Key pasrah menuruti permintaan Jinara. Dalam hati, ia mengomeli Jinara karena mengapa Jinara memintanya mengambilkan coklat di saat mereka sudah jauh dari kamar inap? Mengapa tidak sedari awal saat mereka baru saja keluar dari kamar? Tapi tak apa, Key harus ikhlas menuruti permintaan sang adik yang sedang sakit dan ia harus rela putar balik untuk kembali ke kamar inap Jinara hanya untuk mengambil coklat yang diinginkan oleh adiknya itu.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now