Wilnan dan Dava

4.7K 678 124
                                    

Wilnan meneguk minuman yang dibelinya tadi dalam diam. Keringat sudah mengalir dari dahinya dan matanya terlihat sendu. Semilir angin membawa rambutnya perlahan dan memberikan rasa sejuk. Pria berusia 18 tahun itu menghela nafas dan mendudukkan dirinya pada sebuah bangku.

Wilnan mengusap wajahnya frustasi dan mengacak rambutnya dengan helaan nafas berat terdengar. "Jinara, sebenarnya kamu di mana?" Gumamnya pelan.

Dua jam ia berkeliling kota namun belum jua menemukan titik terang. Matahari masih belum menampakkan dirinya dan membuat cuaca semakin mendung. Memberi kesan duka pada semua orang yang tinggal. Awalnya tadi Wilnan dibantu Hanas dan Waldi dalam berkeliling mencari Jinara, namun mereka berdua sekarang entah pergi kemana karena mereka terpisah saat berada di lampu merah.

"Sudah puas berkeliling?" Tanya seseorang membuat Wilnan menoleh. Kedua matanya menyipit sinis ketika tau siapa yang baru saja datang.

"Dava.." desis Wilnan sembari meremas botol minuman yang ada di genggamannya untuk menyalurkan perasaan yang ia rasakan. Perasaan marah, kesal juga sedih akibat kehilangan Jinara dan juga karena sikap menyebalkan Dava.

Dava berjalan santai dengan kedua tangan berada dalam sakunya. Ia menyeringai saat Wilnan menatapnya sinis, seolah ia menanggap remeh tatapan Wilnan.

"Apa kau menemukan Jinara? Berkeliling kota nampaknya menjadi sebuah hal yang sia-sia sekarang." Ucap Dava dengan nada meremehkan membuat emosi Wilnan terpancing.

Wilnan berdiri dan menarik kerah baju sang adik dengan kencang. Jarak wajah keduanya hanya beberapa senti, sangat dekat, sampai-sampai Dava bisa merasakan nafas Wilnan yang memburu karena amarah. Si bungsu kedua Aksara itu mencoba bersikap tenang dan memandang datar Wilnan, seolah-olah jika ia sudah menduga reaksi yang akan Wilnan timbulkan.

"Kenapa? Apa ucapanku ada yang menyinggung?" Tantang Dava yang membuat kepalan tangan Wilnan semakin mengeras.

"Terima kenyataan saja Wilnandra. Jinara.sudah.mati." ucapnya sembari menekan kata terakhir diiringi sebuah seringai kecil. "Kau mau berkeliling dunia, pun, akan menjadi hal yang sia-sia, karena Jinara memang sudah mati, kecuali jika kau berkeliling di akhirat."

"Aku tau jika kamu berada di belakang semua ini, Dav." Ucap Wilnan lirih.

Seringai Dava semakin terlihat dan Wilnan bersumpah jika ia melihat Dava seperti melihat tokoh antagonis dalam film. Sangat misterius namun kejam.

"Oh iya?" Tanya Dava lalu melepaskan cengkraman tangan Wilnan dan berjalan mengelilingi kakaknya itu.

Wilnan memperhatikan gerak-gerik Dava dengan memincingkan matanya curiga. Sejak awal, ia sudah curiga pada adiknya ini. Beberapa bukti yang ada, bukti yang Wilnan kumpulkan diam-diam membawanya pada satu bukti. Jika Dava ada sangkut pautnya dengan semua kejadian yang telah terjadi. Semenjak Jinara hilang, Dava selalu bertingkah aneh dan terus saja terlihat menyeringai senang, membuat Wilnan dirundung pemikiran buruk. Dan saat Jinara ditemukan tewas, hanya Dava lah satu-satunya orang yang Wilnan lihat hanya terdiam lalu sedikit tersenyum sebelum akhirnya menangis, yang entah itu menangis tulus atau hanya akting belaka.

Mungkin, bisa saja Wilnan salah melihat, namun bukti percakapan yang tanpa sengaja ia lihat saat berita kematian Jinara tersebar di ponsel Dava, membuat Wilnan yakin jika Dava adalah dalang di balik semua ini dan Jinara masih hidup, karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah foto di ponsel Dava yang menunjukkan jika Jinara sedang tertidur.

"Sekarang katakan, di mana kau sembunyikan Jinara?!" Seru Wilnan.

Alis Dava terangkat, "Entahlah. Lantas, mengapa kau bertanya jika sudah tahu jawabannya? Jinara ada di rumah duka, kau masih butuh jawaban?"

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now