Memori

4.5K 634 57
                                    

Di sebuah ruangan, terlihat seorang wanita dewasa dan juga seorang gadis kecil tengah berbaring di atas ranjang. Jinara dengan sang bunda, Minara, terlihat sedang memposisikan diri untuk tidur.

Minara mengambil sebuah guling dan meletakkannya diantara tubuhnya dan Jinara. Ia menyentuh pelan rambut sang anak sembari tersenyum lembut. "sekarang Jinara tidur yah, besok kan harus bangun pagi, terus siap-siap untuk pulang. Nanti bunda bilang deh ke Bang Jay biar jangan ganggu Jinara lagi."

Jinara menggeleng dan memeluk guling erat serta menyembunyikan wajahnya agar sang ibu tidak melihat ekspresinya, membuat Minara mengernyit heran. "Kenapa?"

"Hubungi dulu Paman Pangeran, bunda."

Minara tertawa, "boleh, tapi di Belanda sekarang jam berapa yahhh?"

"Ayolah bundaaa," rengek Jinara. Ia menarik ujung baju yang dikenakan Minara dan mengirimkan tatapan paling memelas agar sang ibu luluh.

"Iya-iya, tapi janji habis ini tidur." sahut Minara dengan geli.

"Iya bunda, Jinara janji. Kalau Jinara ingkar janji, Jinara bakal dibeliin eskrim satu toko sama bunda."

"Eh kok gitu, rugi di bunda dong?"

"Tapi kan untung di Jinara..-"

"Aishhh terserah Jinara saja, bunda selalu kalah jika sama Jinara." Ujar Minara mengalah yang membuat bungsu Aksara itu tersenyum bahagia karena merasa benar.

Minara kemudian mengeluarkan handphone-nya dan terlihat mencari sebuah kontak, tangannya menyentuh layar untuk menghubungkan panggilan.

"Halooo?" Sebuah wajah muncul di layar handphone Minara membuat Jinara berjingkrak bahagia. Minara menyerahkan ponselnya pada Jinara dan langsung diterima dengan senang hati oleh si bungsu itu. "PAMANNNNN."

"Haloo, bungsu Myoui." Sapa orang yang ternyata Dani itu dengan senyuman merekah.

"Namaku Aksara!" Sanggah Jinara dengan mulut yang mengerucut layaknya seekor bebek.

"Hey, kau lupa bahwa marga ku adalah Myoui? Dan kau adalah anakku?"

Jinara memutar matanya malas dan mendengus. "Terserah paman sajalah,"

"Eyyyy kkk.. ada apa menghubungi ku? Rindu?"

"TIDAK!" seru Jinara keras dengan wajah memerah.

"Terus kenapa malah Videocall?"

"Di sana lagi apa paman?"

"Lagi musim salju dong, haha." Dani membuka jendela dan menampilkan suasana luar yang dipenuhi oleh salju putih. Bibir Jinara langsung maju karena cemberut, iri rasanya melihat sang paman yang setiap hari bisa bertemu dengan salju sedangkan dirinya tidak pernah sekalipun bertemu salju karena dilarang oleh sang ibu.

"Jinara pingin ke sana, Paman, jemput aku dong."

"Izin Bunda Minara dulu dong. Ohiya, mengapa kau menghubungi paman? Ada apa? Cepat beritahu paman mu yang tampan ini."

"Paman aku tadi dimarahi oleh Bang Jay, dan Bang key juga." Jinara mengadu perihal sikap kedua kakaknya yang begitu jahat tadi sore sampai membuatnya menangis tersedu-sedu.

"Jadi kau menghubungi ku hanya karena itu hah? Lagipula mereka pasti tidak akan memarahi mu tanpa alasan kan? Kenapa mereka memarahimu, hm?"

"Gara-gara tidak mau tidur sendirian."

"Eyyyy kalau aku ada di sana juga pasti aku ada di pihak mereka."

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now