Sebuah fakta

4.6K 675 53
                                    

Ruangan itu terasa hening. Jay dan Sakha sendiri tidak mengerti mengapa mereka dibawa kemari dengan embel-embel diculik. Dan sekarang, mereka berenam sedang duduk melingkar di sebuah ruangan dan sepertinya sedang menunggu seseorang.

Key mencuri pandang ke arah Jinara untuk memastikan jika Jinara memang masih hidup, sesekali ia tersenyum dan bernafas lega, tapi sesekali ia juga terlihat akan menangis. Di sisi lain ia bahagia, namun di sisi lainnya juga ia merasa sangat sedih. Namun sayangnya Jinara sedang dalam mode tidak peka, jadinya ia hanya fokus memakan popcorn yang ada ditangannya, tanpa tau jika ia sedang diperhatikan oleh Key.

"Maaf guys kalo nunggu lama," Tak lama, Dani datang dan kemudian duduk di antara Jay dan Key. Ia memandang wajah-wajah para keponakannya itu dengan wajah datar seolah memberikan kesan intimidasi dan dominan yang kuat. Namun, Aksara bersaudara hanya diam sebagai respon dan itu cukup membuat Dani merasa terabaikan.

"Ekhem." Dani berdehem untuk mengumpulkan perhatian mereka. Dan hal itu berhasil karena enam kepala Aksara bersaudara menoleh ke arah Dani.

"Jadi, aku mengumpulkan kalian kemari untuk memecahkan misteri yang selama ini sulit untuk kita terawang. Berhubungan dengan ingatan Jinara yang sudah pulih sepenuhnya, kita sebentar lagi akan tau siapa dalang dibalik kejadian 7 tahun lalu." jelas Dani.

Sakha otomatis menoleh ke arah Jinara, "Ingatan Jinara pulih?"

Jinara yang sedang memakan popcorn langsung mengangguk, "iya."

"Tapi, sebelum aku menceritakan kejadian 7 tahun lalu, kalian harus menjelaskan apa maksudnya kalian menculikku!" Omel Jinara sembari mendelik ke arah Dava dan Dani. "Kalian seolah-olah membuatku berada di ambang kematian karena aku sangat ketakutan!"

Dava tertawa pelan, dan itu membuat yang melihat itu Jay terpana. Setelah 7 tahun, akhirnya kram wajah yang Dava alami hilang juga. "Baiklah baiklah."

"Jadi seperti ini.. Rencana penculikan Jinara itu memang rencana ku dan Dava." jelas Dani santai membuat Jinara tersedak popcorn dan langsung menatap sang kakak kaget.

"HAH?"

"DAVARA SADEWAAA."

"DAVARA?!! KAU SUDAH GILA? "

"Aku bisa jelaskan." nyali Dava menciut saat mendapatkan 5 tatapan tajam dari segala penjuru. Sedangkan Dani diam-diam menertawakan nasib Dava yang malang.

"Awalnya, malam itu aku berencana membawa Jinara pergi untuk pengobatan lebih lanjut. Maksudnya, aku akan membawa Jinara kemari agar ingatannya lebih cepat pulih gitu. Dan kasus bunda segera berakhir dan menemui titik teranng. Saat Jinara mulai menujukkan gejala sakit, aku langsung menghubungi Paman Dani dan kami berencana membawa Jinara." Jelas Dava secara hati-hati sembari menelan ludahnya takut. "Tapi, malam itu bang Jay tidak tidur dan terus menjaga Jinara,.. dan rencana ku itu jadi gagal total. Lalu, ternyata Paman Dani datang menyusul ke rumah sakit dan nekad membawa Jinara yang sedang bersama Bang Key. Dan yang selanjutnya terjadi kalian pasti tahu."

"Tidak tidak, jadi begini. Awalnya aku datang ke rumah sakit untuk menemui ayahku saja. Sungguh, aku tidak berpikiran akan menjalankan rencana kami. Lalu, Dava menghubungi ku dan mengatakan yang menjaga Jinara itu hanya lah Keyandra saja. Dannnnnnn, posisi ku saat itu ada di taman bertepatan dengan aku melihat Jinara. Bukankah kebetulan? Tapi, dikarenakan tingkat kepekaan Jinara itu tinggi... Dia menyadari keberadaan ku dan seperti nya ia curiga jika aku sedang mengawasinya sehingga aku mau tidak mau nekad membawa Jinara dan melukai Key." Jelas Dani.

"Lalu, aku bawa Jinara kemari. Dan seketika, aku menyesal tidak membiusnya terlebih dahulu karena sepanjang perjalanan ia terus mengoceh kenapa aku tidak meminta izin untuk menculiknya."

[✓] Kakak + Day6जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें