Penculikan Aksara Bersaudara

4.7K 679 87
                                    

Mahendra terduduk sembari menyesap secangkir teh hangat yang ada di tangannya. Kini, ia dan ketiga anaknya yang lain sedang berdiam diri di ruang tamu setelah seharian menerima tamu yang datang melayat. Beberapa sanak saudara yang ada terlihat sedang berjalan mondar-mandir untuk membantu membereskan rumah.

"Ayah, apa ayah tahu kemana Dava dan Wilnan?" Tanya Jay. Sedari tadi, ia tidak melihat kedua adiknya itu, padahal pemakaman Jinara merupakan hal yang penting baginya. Ia lantas meletakkan kepalanya di pundak Sakha karena sekarang ia sudah sangat lemas setelah seharian menangis dan meratapi kepergian sang adik.

"Mereka palingan mengurung diri di kamar," jawab Mahendra dengan suara serak, suaranya habis karena terus menangis dan berbicara untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang.

"Tidak ada kok, barusan aku membersihkan lantai 2 tapi tidak ada seorang pun di sana." sambar Sakha.

Key yang mulanya mencoba untuk tidur langsung menoleh dengan cepat, "lantas kemana mereka?"

"Hahh.. ayah tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kita positif thinking saja dulu jika mereka keluar untuk menenangkan diri oke? Mereka pasti kembali, jangan khawatir." Ujar Mahendra sembari menyesap teh.

"Tapi Wilnan kan tadi pergi untuk mencari Jinara?"

Keempatnya terdiam saat Citra tiba-tiba datang dan berucap seperti itu. Benar, Wilnan kan tadi sempat memberontak, lalu Dava? Kemana perginya ia? Apakah untuk menyusul Wilnan atau hal lain?

"Ayah, aku izin tidur duluan. Kepala ku sudah sangat pusing." ucap Key kemudian ia pun berdiri. Jay dan Sakha ikut berdiri dan tanpa basa-basi mereka bertiga meninggalkan Mahendra dan Citra berdua di ruang tamu.

"Istirahat yang cukup anak-anak." Ucap Mahendra pada ketiga anaknya itu.

"Kau tak apa?" Tanya Citra kemudian duduk di sebelah Mahendra. Ia memegang pundak Mahendra dan mengusapnya pelan. Kedua matanya menatap pria itu dengan tatapan khawatir mengingat kondisi Mahendra sejak awal begitu buruk dan jauh dari kata baik.

Kring.. kring.. kring...!!

Suara handphone Mahendra berdering dengan keras, membuat keduanya tersentak kaget dan saling berpandangan sejenak. Mahendra membuka handphone-nya dan mengernyit ketika melihat nomor tidak dikenal yang tertera di layar.

"Siapa?" Tanya Citra penasaran.

Mahendra menggeleng. "Aku pun tidak tahu."

"Angkat saja, siapa tau penting.."

Mahendra mengangguk dan kemudian menekan icon hijau untuk menghubungkan sambungan. "Haloo? Ini siapa?"

Hening, tidak ada jawaban. Dan Mahendra berpikir jika itu hanyalah orang iseng. Namun, ketika hendak menutup sambungan telepon itu, sebuah tawa menggelegar terdengar.

"Haloo? Siapa ini? Kumohon jangan menggangguku." Ujarnya dengan nada tegas.

"HAHAHAHAHAHAHAHA, apa kabarmu, Aksara? Apa baik-baik saja? bagaimana kejutan dariku? Apa air mata mu itu sudah habis? Apa kau menangis seharian sampai suara mu habis seperti itu?"

Mahendra menggeram marah, "apa maksudnya? Jangan-jangan kau dalang dibalik kematian anakku?"

"Hahahaha, memangnya kenapa? Bagaimana dengan hadiah ulangtahun dariku? Tubuh anakmu yang tidak bernyawa mengejutkan mu, kan?"

"Kembalikan anakku, brengsek. Kenapa kau setega itu pada anak tidak berdosa yang tidak tahu apa-apa? Jika kau punya dendam padaku, limpahkan saja padaku, bukan pada anak-anak ku." Ucapnya dengan nada marah yang kentara. Mahendra berdiri, wajahnya tampak tak bersahabat dan ia menatap layar ponsel nya itu dengan tatapan berapi-api.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now