Jalan-jalan

7.8K 813 60
                                    

Jinara terdiam beberapa detik saat ia tahu kemana para kakaknya membawanya pergi. Setelah terjadi drama sebelum berangkat yaitu Jay yang tidak mau menyetir mobil, kini mereka sudah sampai di tempat tujuan dan berjejer rapi di depan gerbang suatu tempat. Bungsu Aksara itu menghela nafas sembari menatap jengah sebuah gedung wahana bermain di depannya yang bahkan belum di buka.

Bayangkan saja, pukul 06.45 di depan gedung Trans Studio Bandung yang di buka pukul 10 pagi, masih terlalu pagi untuk sekedar berjalan-jalan mengelilingi gedung. Jinara mendengus, merasa lelah dengan pola pikir para kakaknya yang jikalau disatukan tidak pernah menemui kata "wow".

"Loh kok belum bukaaaa?" Jay menggaruk kepalanya tidak gatal sembari tertawa tanpa beban saat menyadari kebodohan mereka berlima.

"Yaiyalah bego, sekarang jam berapa, TSB buka jam berapa, hah?" Komentar pedas Key muncul membuat Jay mendelik tajam ke arah adiknya itu untuk memberi peringatan.

"Heh, siapa yang ngajak ke TSB kemarin?" Tanya Jay kesal pada para adiknya yang lain dan seolah melupakan jika ialah yang mengusulkan ide tersebut saat rapat dadakan kemarin malam.

"Eummm kita ke Teras Cihampelas atau ke Lapangan Tegalega atau ke mana gitu, nanggung jalan kan?" lerai Sakha setelah lama berpikir. Mereka lupa tidak merencanakan plan B dan dengan percaya dirinya membuat rencana, lebih tepatnya mereka kurang mematok waktu dan survey tempat.

"Kita ke Masjid Agung aja gimana? Kita piknik keluarga aja mumpung masih pagi, atau mau belanja dulu ke Jogja Kepatihan?" Tanya Wilnan memberi masukan.

"Piknik boleh tuh, kita juga sudah masak banyak, kan? Lagipula ada benarnya kata Wilnan, sekarang mumpung masih pagi." Ucap Dava menyuarakan pendapatnya.

"Di sana belanja, keliling pake Bandros, makan sama apa aja pokoknya. Pas sudah jam 10 kita ke TSB atau gak jalan-jalan ke mana gitu. Pokoknya pulang harus malam!" Usulan Key si anak malam membuat empat kepala menoleh otomatis dengan tatapan mata yang seakan-akan ingin menerkam.

"Apa-apaan pulang malem? Gak, gue besok ada kuliah pagi." Tolak Jay langsung.

"Tahu tuh, mentang-mentang anak malam, ajak adik sembarangan." omel Wilnan sembari mendelik.

"Ingat bang, ada Jinara disini. Lo kira ini acara apaan sampe pulang malem. Mau cari belalang malam dulu lo?" Sindiran pedas Dava membuat Key bungkam. Sudah menjadi rahasia umum jika Key memang selalu kalah telak terhadap ucapan pedas Dava.

"Kita langsung pergi ke sana. Ayo Jinara, kita ke mobil." Sakha menggenggam tangan Jinara dan membawa si bungsu berjalan terlebih dahulu ke arah parkiran mobil.

Namun, Key yang melihat itu langsung menikung dan mengambil alih tangan Jinara dengan menarik tangan Jinara sampai terlepas dari genggaman Sakha.

"Key, ngapain sih?" Kesal Sakha ketika gandengan tangannya dengan sang adik terlepas.

"Jinara sama gue aja." Ucap mutlak Key.

"Eh eh eh punten aja yah, Jinara sama gue aja. Ya kan, dek?" Tanya Dava dengan suara yang dalam namun lembut, membuat adiknya itu melebur dan lupa diri.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah pertengkaran antara Sakha, Key dan Dava dalam hal menggandeng Jinara sampai parkiran. Sedangkan di sisi lain, Jay dan Wilnan memilih untuk tidak bergabung dalam pertengkaran karena mereka sedang membicarakan susunan acara yang akan mereka lakukan nanti.

Jinara yang sudah terlanjur pusing, langsung berjalan menghampiri Jay dan Wilnan lalu berdiam diri di tengah-tengah kedua kakaknya itu. Ia juga mengamit tangan keduanya lalu menarik mereka menuju mobil.

"Eh, kenapa, dek?" Tanya Jay terkejut karena Jinara tiba-tiba datang dan merangkul tangan kiri nya. Namun Jinara hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Lahhh, Jinara nya juga malah milih Jay sama Wilnan." celetuk Key menghentikan perdebatan unfaedah antara dirinya, Dava dan Sakha.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now