Mencari Jinara

4.6K 644 19
                                    

Suara jarum jam terdengar begitu jelas di ruangan yang serba putih yang mulanya kamar inap Jinara itu, penyebabnya adalah para manusia yang ada di sana hanya diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Semuanya tampak diam dengan kegiatan masing-masing, tanpa ada yang berniat membuka percakapan dan memecah keheningan.

Mahendra menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya lelah, kepalanya mendadak pusing memikirkan sang putri yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ia begitu khawatir dan juga gelisah, Jinara adalah permata yang istrinya, Minara tinggalkan. Tapi akibat kecerobohan mereka, permata itu hilang entah di mana.

Ruangan yang awalnya kamar rawat Jinara itu kini dipenuhi oleh orang-orang yang berniat membantu agar Jinara bisa segera ditemukan. Bahkan teman PKL Jinara yang mencangkup Sonia, Hanas, Daniar, Waldi dan Siti pun ikut hadir untuk membantu menemukan sahabat mereka yang hilang. Kelima bersaudara Aksara pun libur sejenak dari kegiatan rutin mereka dan kini tampak sibuk dengan handphone untuk menyebarkan berita kehilangan.

Mahendra juga sudah meminta bantuan sahabat terdekatnya, Jaka, si kepala kepolisian yang juga merupakan ayah Sonia.

"Ayahhh, sudah jam 10. Ayah sudah solat isya belom?" Tanya Sakha pada sang ayah.

Mahendra mengangguk. Tentu saja ia sudah solat, ia sedari tadi terus berdoa agar Jinara cepat ditemukan. Sudah 5 jam semenjak Jinara menghilang bak ditelan bumi, mereka belum menemukan titik terang. Beberapa pasukan kepolisian juga sudah dikerahkan untuk menyisir lokasi kemungkinan Jinara ditemukan walaupun kehilangan Jinara belum 24 jam.

"Hahhh, ayah masih heran Key, bagaimana bisa anakku yang satu itu menghilang." ucap Mahendra,

Key menyandarkan tubuhnya ke belakang dan menatap langit-langit ruangan itu, "aku juga tidak tau ayah.. maafkan aku"

"Jika Jinara sudah ditemukan, ayah akan mengirimnya langsung ke Jepang. Dia akan tinggal di sana sampai lulus." Ucap Mahendra yang terkesan sebagai perintah mutlak sebelah pihak membuat semua kepala menoleh. "APA-APAAN??"

"Apa maksudnya, Aksara?" Tanya Daniel dengan alis menukik tak suka. Ia merasa tidak terima dengan keputusan sepihak yang Mahendra lakukan. Satu negara dan satu kota dengan Jinara saja, Daniel sulit bertemu, apalagi berbeda negara. Sebenarnya, Daniel adalah ayah dari bunda Aksara bersaudara, Minara. Namun, karena Mahendra tidak pernah mengenalkan Daniel pada para anaknya, membuat Aksara bersaudara tidak mengetahui jika Daniel adalah kakek mereka dari pihak ibu. Karena yang mereka tahu, kakek dari pihak ibu berada di Australia bersama nenek mereka.

"Aku akan memindahkan Jinara ke Jepang agar ada yang bisa memperhatikannya. Dan kejadian ini tidak terulang lagi mengingat aku dan anak-anakku adalah manusia sibuk."

"AYAH MAAFKAN KITA, KASIH KITA KESEMPATAN 1 KALI LAGI!!" Tiba-tiba Wilnan mendekati Mahendra, ia duduk di lantai dan memegang kedua kaki Mahendra dan memandang sang ayah dengan tatapan memelas penuh harap akan Mahendra lulu dan mengubah keputusannya.

"Ayah, kalau mau hukum Key, hukum saja.. Jay ikhlas asal jangan Jinara yang kena." Ucap Jay menyusul Wilnan dan ikut bersimpuh di lantai.

"Key gak salah, yang salah itu kita semua. Kita ini satu, salah satu ya salah semua. Jangan saling menyalahkan, bang, jangan membuat Key terpuruk. Sekarang kita harus fokus mencari Jinara dulu. Jangan memikirkan yang lain." nasihat Sakha bijak.

Daniel menggulung jasnya sampai sikut, memberi pertanda bahwa ia sedang serius. "Lalu jika kau memindahkan Jinara ke Jepang, siapa yang akan menjaganya di sana? Kau gila?"

"Di sana kan ada ibu, ayah. Aku titip Jinara padanya saja."

"Sara sedang tidak ada di Jepang, ia sekarang tinggal di Australia." Jawab Daniel memberikan rinci yang lebih jelas tentang keadaan mantan istrinya itu pada Mahendra.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now