chapter 2

520 43 13
                                    

"Kakak! Hans udah siap." seru Hans. Manuel menatap adiknya dengan tatapan bingung. "siap kemana?"

Hans mendengus. "masa lupa sih kak, hari ini hari pertama Hans masuk sekolah."

Ia baru ingat. "oh iya ya, Hans hari ini mulai sekolah. Tapi aku kan harus pergi latihan sampe sore."

"yaaah, terus Hans nanti dijemput sama siapa?" ia terlihat kecewa.

"apa aku minta tolong Misha aja." gumamnya

"iya! Hans mau dijemput sama Kak Misha!" ternyata ucapannya terdengar oleh Hans.

"yasudah lah, ayo Hans." Hans segera menggandeng tangan kakaknya.

"Semoga Misha gak keberatan."

Saat Manuel tengah mengunci pintu rumah. Ia melihat Misha sedang duduk santai di teras rumahnya ditemani secangkir teh.

"Hai Misha!" Sapanya.

"Oh Hai!" Misha menyapa balik. Lalu Manuel dan Hans menghampiri pekarangan rumah Misha.

"Misha, apakah aku boleh meminta tolong kepadamu?"

"tolong apa?"

"tolong jemput Hans di sekolahnya. Tidak jauh kok dari sini, deket supermarket yang ada di ujung komplek."

"ooh, Hans pulangnya jam berapa?"

"jam 12."

Misha mengacung jarinya. "ah gampang, nanti aku jemput Hans."

Hans berseru riang. "yeey, makasih ya Kak Misha."

"sama-sama Hans." balas Misha yang tak kalah riang sambil mencubit pipi Hans gemas.

"Hans sekolah dulu ya kak, dadaah." lalu Manuel dan Hans lanjut berjalan menuju sekolah Hans.

~~~

"belajar yang bener ya Hans, jangan bikin masalah di sekolah ya." ucap Manuel menasihati adiknya.

"iya, dadah kakak." Lalu Hans memasuki gedung sekolah bersama 2 orang temannya.

Setelah mengantar Hans ke sekolah, Manuel segera memesan taksi menuju tempat latihannya.

15 menit kemudian, ia telah sampai. Setelah ia membayar kepada supir taksi, tiba-tiba ia sudah disambut oleh kedua temannya, Hummels dan Muller.

"aah, Akhirnya ada yg udah sembuh kakinya." sambut Muller.

Manuel tertawa kecil. "yang lain udah dateng?"

Hummels mengangguk. "pada nungguin kau datang." lalu mereka bertiga masuk kedalam.

Yang lain Ikut menyambut kedatangan Manuel. "naah ini nih, yang baru keluar dari rumah sakit." ucap Trapp.

"kakinya Udah sehat walafiat kan?" tanya Kimmich.

"makanya gawang tuh dijaga, jangan dibiarin aja. kualat kan kau." timpal Boateng.

Manuel menjitak kepala Boateng. "apa hubungannya, kacamata jengkol."

"sudah, ayo siap-siap latihan." seru pelatih Joachim.

~~~~

Tepat saat Misha sampai di gerbang sekolah Hans, bel sekolah berbunyi.

Murid-murid berhamburan keluar dari gedung sekolah. Ada yang pergi ke taman, ada yang ke kedai eskrim di Sebrang jalan, ada yang segera menghampiri orang tua masing-masing, termasuk Hans.

"kaaak Mishaaaa!" Hans berlari menghampiri Misha, lalu mereka berpelukan sejenak.

"gimana sekolahnya? Seru gak?" Hans mengangguk. "Hans ketemu banyak temen baru. Asik banget tadi."

"oh iya, Kak Misha kok enggak sekolah?" Tanyanya polos.

Misha tertawa kecil. "Kak Misha udah lulus kuliah, enggak sekolah lagi."

Hans berooh panjang. "berarti sama kayak kakak dong. Udah lulus kuliah."

"nah, abis ini Hans mau kemana?" tanya Misha.

"Hans mau ke tempat latihannya kakak." jawab Hans sambil celingak-celinguk mencari sesuatu.

Hans menunjuk halte bis. "naik itu kak Misha! Hans sama kakak selalu naik bis kalau mau Hans mau ikut kakak."

Hans dan Misha segera menaiki bis menuju tempat latihan Manuel.

Selama di bis, Hans dan Misha asyik berbincang-bincang.

"emang kakak kamu itu kerja apa?"

Hans berpikir sejenak. "kalo kata kakak sih, dia itu penjaga gawang. Apa ya namanya? Koper apa tiper ya?"

"maksud Hans Kiper?"

"nah iya, namanya susah sih."

"udah lama dia jadi kiper?"

"udah lama kak Misha, kalau kata temen-temennya kakak sih dia itu jago banget."

"terus kakak pernah dapet piala bentuknya kayak sarung tangan, baguuus banget."

"tapi kata Kak hape cina, kakak itu gabisa diem di gawang. Pasti bakal keluyuran sana-sini."

Kak Hape cina? Misha tertawa mendengar nama itu.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di lapangan tempat biasanya Manuel latihan.

Tapi lapangan itu kosong, tidak ada orang sama sekali.

Hans terkejut. "kosong?"

Seketika Misha teringat lagu iklan ramayana.

"Kakak kok gak ada?" Hans mencoba mencari sosok kakaknya. Namun hasilnya nihil.

Ia mulai cemas. "kakak dimana?" matanya mulai berair.

"husshh, Hans jangan nangis ya." bisik Misha pelan untuk menenangkan Hans.

"loh Hans, kok kamu ada disini?"

Neighbours || neuerWhere stories live. Discover now