chapter 6

256 26 23
                                    

Misha merebahkan dirinya diatas kasur yang empuk. ia merasa mengantuk dan matanya siap untuk menutup.

Drrt drrt

Ponselnya bergetar. Tertera nomor yang tidak dikenal. Dengan terpaksa Akhirnya ia mengangkat telpon tersebut.

"hallo?"

"kak Misha!"

Teriakan suara di sebrang sana membuat Misha menjauhkan ponselnya dari telinga.

"maaf, ini siapa ya?" tanyanya pelan, ia sungguh-sungguh mengantuk.

"astaga kak Misha aku Cornel, adikmu sendiri kak."

Misha menepuk jidatnya. Lalu Tertawa kecil.

"oh ternyata kau Cornel."

"pasti kau tidak menyimpan nomorku kan?"

"maafkan aku. Ngomong-ngomong ada apa kau menelfon ku dimalam hari?"

"ku dengar kau mimisan kak, apakah kau baik-baik saja?"

"bagaimana kau tau?"

"kau lupa lagi huh? Steve aka dokter Steve kan teman ku."

"ooh." Misha menguap lumayan kencang.

"sounds like you so tired. Tidurlah kak, besok aku akan mengunjungimu."

Misha menolak mentah-mentah. "tidak-tidak."

"okay bye."

"kau tidak perl-"

Beep

Panggilan terputus. Misha mengacak-acak rambutnya frustasi. Sebenarnya ia tidak suka Adiknya, Cornel mengunjungi rumahnya. Ia tidak tahan dengan celotehan Cornel yang membuat telinga Misha terasa panas.

~~~~

"astaga kak! Muka kau sungguh pucat!" Seru Cornel ketika Misha membukakan pintu.

Cornel memegang dahi Kakaknya. "apakah kau masih sakit? Atau pusing? Kau sudah minum obat kak? Apa kakak kurang istirahat?"

Inilah sifat Cornel yang tidak disukai oleh Misha. Cerewet dan bawel.

Misha menyingkirkan tangan Cornel dari dahinya. "aku tidak apa-apa Cornel. Aku hanya masih mengantuk karena kau menelepon ku semalam."

Cornel menarik lengan Misha dan membaringkan kakaknya di kasur.

"apa-apaan kau Cornel?!" tanya Misha gusar.

"kau harus istirahat yang cukup." Cornel menarik selimut untuk menyelimuti tubuh Misha.

"tapi aku harus memberi makan Kucingku."

"Soal kucingmu, biar aku yang urus. Aku kan pandai merawat kucing."

Seingat Misha, terakhir kali Cornel mempunyai kucing itu 2 tahun yang lalu dan kucingnya mati keracunan karena ia teledor.

Cornel memberi biskuit kucing yang sudah kedaluwarsa. Sejak itulah ia tidak diizinkan untuk memelihara kucing oleh ayahnya.

"aku tidak yakin kau bisa merawat kucingku." ucap Misha ragu.

tiba-tiba muncul kucing berwarna putih oranye berjalan dari dapur.

"hei manis, kemarilah." bujuk Misha. Kucingnya mengeong, lalu meloncat keatas kasur dan tidur disebelah Misha. Ia bisa mendengar kucingnya mendengkur lumayan kencang.

"that means, kau hanya perlu istirahat dan tidur yang nyenyak. Aku akan menonton di ruang depan."

Cornel menutup pintu kamar lalu duduk di sofa, meraih remote tv dan menonton sebuah talk show.

Sebenarnya Misha tidak bisa tidur, tapi daripada ia harus mendegar celotehan Cornel, lebih baik ia tetap berbaring di kasur sambil mengelus-elus kucingnya.

Setiap kali Cornel datang ke kamarnya mengecek keadaan Misha, ia akan Pura-pura tertidur.

~~~~

Saat Cornel asyik menonton sambil sesekali menyeruput soda nya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

"ya ampun, aku kan sedang dalam posisi yang nyaman ini. Siapa pula yang datang berkunjung?" gerutu Cornel sambil membukakan pintu.

Ia menghentikan omongannya saat melihat Reus, Mesut, Kimmich, Trapp, Draxler, dan Kroos datang berkunjung.

Ya tuhan, tampan-tampan sekali. Nikmat mana yang engkau dustakan. Batin Cornel.

"eum maaf, cari siapa ya?" tanya Cornel memastikan

"oh kami teman-temannya Misha, ingin menjenguknya." Kroos yang menjawab.

Cornel terkejut. "kalian teman-teman kakak ku?!"

Reus mengangguk. "oh kau adiknya Misha?"

"Misha tidak pernah bilang kepada kami kalau dia punya adik." timpal Draxler.

Sialan kau kak Misha. Batin Cornel kesal.

"Cornel, siapa yang datang?" tanya Misha yang tiba-tiba datang sambil menggendong kucingnya.

"oh kalian ternyata, kenapa kau tidak memberitahu kalau kalian ingin berkunjung." ucap Misha kesal.

Kimmich menyengir. "maaf, tapi ini ide Bastian dan Manuel."

"dan mereka bilang kepada kami untuk tidak memberitahu kau." lanjut Mesut.

"Ngomong-ngomong, Manuel dan Bastian sedang menjemput rombongan yang lain." ucap Reus sambil membalas pesan dari Bastian.

"yasudah, lebih baik kalian duduk dulu di sofa. Aku akan menyiapkan minuman untuk kalia-"

"hai Misha, maaf kami telat." sapa Manuel.

"kami harus menjemput papa Lahm, Hummels, dan Muller." ucap Bastian.

Mendengar ucapan Bastian, Lahm segera menjewer telinga Bastian. Ia meringis. "aw, aduh, sakit Lahm."

Semua yang menyaksikan Lahm dan Bastian pun tertawa bersama.

Manuel menghapus air matanya. "mampus kau Bastian." ledek Manuel dengan penuh kemenangan.

"maafkan aku pap- maksudku Lahm. Aku takkan memanggilmu papa Lahm lagi." tangan Bastian membentuk peace.

Neighbours || neuerWhere stories live. Discover now