Chapter Lima Puluh Satu | Menunggu Melody

397K 25.1K 12.5K
                                    

Now playing | Teddy Adhitya - Why Would I Be

Selamat membaca cerita MeloDylan

Bagian Lima Puluh Satu

Kamu tidak pernah berniat memperbaiki hubungan, yang kamu lakukan hanya berpikir bagaimana caranya melepaskan.

***

SETELAH menghabiskan waktu selama tiga hari di rumah sakit akhirnya Dylan diperbolehkan pulang. Tapi tak ada yang berbeda dari raut wajah Dylan, tetap datar seperti biasanya. Sampai Bella yang menjemputnya pun dibuat heran.

"Lo gak senang apa keluar dari sini?"

Dylan menoleh, melirik sebentar, "Seneng."

"Wajah lo tuh ada ekspresinya kali," cibir Angga, tapi Dylan hanya menaikkan sebelah alisnya tanpa bersuara sama sekali.

Tetap selalu seperti itu. Tapi, matanya menjelajah orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. Nihil, Dyln tidak menemukan orang itu di dalam ruangan.

Mungkin masih di jalan, begitu pikirnya.

"Lo masih mau disini? Ayo pulang, nungguin apaan sih," ajak Bella.

"Hah?" Dylan menampilkan ekspresi bingungnya, tapi Bella mengajaknya untuk segera pulang.

Begitupula dengan Mamanya.

"Oh dia gak dateng," ujarnya dalam hati.

Harusnya Dylan berpikir sih, untuk apa gadis itu datang. Dia tidak memiliki kepentingan juga kalau datang. Tapi, kenapa Dylan seolah menunggu kedatangan gadis itu disini. Setelah tiga hari kemarin dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguknya, tapi disaat dia pulang ke rumah gadis itu tidak datang.

Mungkin dia memang senang melihat Dylan menderita daripada melihat Dylan sembuh seperti sekarang.

Benar, gadis yang Dylan maksud adalah Melody.

Di sepanjang perjalanan, Dylan hanya diam bahkan dia tidak ikut mengobrol bersama Bella dan Mamanya. Dylan hanya memejamkan matanya berpura-pura tertidur supaya tidak diajak bicara.

Dia benar-benar lelah. Banyak hal yang dia pikirkan di dalam kepalanya sekarang.

Tentang, Alice yang hilang di acara pertunangan mereka.

Tentang, Melody, yang kedatangannya dia tunggu.

Tentang perusahaan keluarganya yang sedang tidak baik.

Memang benar, meskipun sedang dalam krisis bukan berati mereka jatuh miskin seketika. Dia tengah mencari jawaban, dan sampai detik ini pun dia tidak pernah mendapatkan jawaban yang pasti.

Jika nanti dia kembali berkuliah, saat dia bertemu kembali dengan Alice.

Apakah semuanya akan sama?

Itu tidak mungkin. Dia tidak tahu respons apa yang akan dia berikan ketika bertemu dengan Alice nanti, selain tentu saja meminta penjelasan. Dia tidak suka dengan omong kosong.

Begini ternyata rasanya ditinggalkan, benar-benar hatinya terasa sakit. Mati rasa dan menjadi bodoh dalam segala hal.

"Lan sampe..." sentuhan tangan itu, membuat Dylan membuka matanya, mereka sudah sampai di depan rumahnya.

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Where stories live. Discover now