💝Penjaga Hati 22💝

6.9K 531 74
                                    

Hinata membuka kelopak matanya, melihat ke atas langit-langit kamarnya. Mengedipkan matanya berkali-kali merasa bingung sendiri, bukankah semalam ia tertidur di bawah naungan kubah kristal yang menampilkan hiasan langit malam? Tapi mengapa pagi ini saat matanya terbuka gambaran langit biru yang ia lihat, atau lebih tepatnya gambaran langit biru pada plafon kamarnya.

Hinata sadari, jika dirinya sekarang ini telah berada di apartemen miliknya.

Huuuuh, Hinata mendesah penuh sesal, padahal dirinya ingin sekali terbangun di suasanan pagi yang menampilkan gambaran langit yang sebenarnya.

Gambaran langit yang berhias awan yang bergerak, dan gambaran langit yang berhias cahaya keemasan dari sinar matahari yang terbit.

Hinata mencoba mengingat-ngingat apa yang yang sudah terjadi pada dirinya semalam. Antara menyadari dan tidak, antara merasa bermimpi atau kenyataan.

Terbangun di tempat berbeda membuat apa yang terjadi semalam rasanya bagai mimpi, atau mungkinkah dirinya memang sedang bermimpi?

Hinata lalu terduduk di pinggiran tempat tidur, melihat penampilan dirinya sendiri yang hanya memakai kemeja kebesaran. Jika melihat dirinya dalam keadaan seperti ini sudah tentu yang terjadi semalam memanglah kenyataan.

Hinata ingat bagaimana Sasuke begitu memanjakannya malam itu. Telinganya dimanjakan oleh alunan syahdu, matanya dimanjakan oleh pemandangan taman yang indah, hatinya dimanjakan oleh ungkapan cinta yang tak terbendung, dan tubuhnya dimanjakan oleh sentuhan kenikmatan tiada tara.

Ah, kenapa waktu begitu cepat berlalu.

"Kau sudah bangun?" tanya Sasuke dari ambang pintu kamar, spontan Hinata menoleh.

Terlihat Sasuke berdiri dengan nampan yang di atasnya terdapat segelas susu hangat, dan lihat juga penampilan Sasuke pagi ini yang bertelanjang dada dengan hanya memakai celana olah raga.

Hinata mengangguk menjawab pertanyaan Sasuke, perlahan Sasukepun berjalan ke arah Hinata dan bersimpuh di hadapan Hinata.

"Minumlah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu" ucap Sasuke sambil menyodorkan segelas susu yang sedari tadi ia bawa.

Hinata cukup tersanjung atas perlakuan Sasuke pagi ini, setelah semalam begitu memanjakannya dan pagi ini masih menunjukan sikap manisnya. Jika di rasa-rasa Sasuke seperti sudah jadi suaminya saja.

"Sano, kau tidak perlu melakukan semua ini, sudah berapa kali ku bilang aku bukan tuan putri yang segalanya harus di layani. Bukankah sekarang kau adalah seorang GM, kau tak pantas melakukan ini padaku" ucap Hinata sambil meraih gelas susu yang di sodorkan Sasuke.

"Seorang pria yang mencintai wanitanya tentu pantas melayani wanita yang dicintainya bukan?" ucap Sasuke seolah masih ingin mengungkapkan perasaannya. Kedua tangannya dilipat di atas paha Hinata.

Hinata tidak langsung meminum susunya, lebih memilih menikmati rasa hangat dari gelas susunya yang menjalar pada kedua tepak tangan.

"Mengapa kita terburu-buru pulang? Padahal aku ingin melihat suasana pagi di tempat itu" keluh Hinata, sekedar mengalihkan Sasuke dari pembahasan mengenai perasaannya.

Saat Hinata tertidur karna kelelahan atas permainan panasnya semalam, saat itu pula Sasuke segera membawa Hinata kembali ke apartemennya. Sasuke tentu tidak bodoh sampai membiarkan Hinata mengetahui jika tempat itu masih bagian dari mansion Uchiha. Bagaimana jika nanti Hinata bertanya mengenai masa lalunya? Untuk sekarang ini disaat hubungan dengan keluarganya belum membaik, Sasuke belum siap memberikan jawaban apapun mengenai jati dirinya yang sebenarnya.

"Kapan-kapan kita akan kesana lagi, tapi tidak sekarang ini." bujuk Sasuke saat menyadari raut kekecewaan di wajah Hinata.

"Mungkin nanti tempat itu sudah di pesan oleh orang lain" ucap Hinata yang masih berfikir jika tempat itu adalah semacan penginapan yang bisa dipesan oleh siapa saja.

Penjaga HatiWhere stories live. Discover now