💝Penjaga Hati 31💝

3.6K 350 46
                                    

Hinata berlari secepat yang ia mampu, kemarahan telah mengambil alih kendali dirinya.

Hinata benar-benar lupa jika saat ini dirinya sedang hamil. Tidak ada rasa lemas, atau sesuatu yang tidak nyaman yang ia rasakan baik dikepala maupun perutnya. Hinata seperti orang yang sudah kehilangan kesadaran.

Ia menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang cepat dan pijakan kaki yang ditekankan, tidak ada kekhawatiran sedikitpun akan kondisi janin yang saat ini sedang berkembang di perutnya. Padahal guncangan sedikit saja bisa membuat perutnya kontraksi.

Hinata yang masih kalap terus saja berlari hingga menabrak seseorang yang ada dihadapannya.

Hinata nyaris terjungkal, namun seseorang itu menahan Hinata dengan meraih pergelangan tangannya.

"Anda baik-baik saja Nona?" tanya Utakata.

"Te-tentu," ucap Hinata terbata sembari menunjukan raut wajah kebingungan.

"Tapi anda terlihat tidak baik, saya akan mengantar anda pulang," ucap Utakata saat melihat Hiata tampak berada pada kondisi yang tidak baik.

"Aku baik-baik saja." ucap Hinata mengelak.

"Aku ingin meminjam kunci mobil," ucap Hinata lagi, yang bagi Utakata terdengar aneh. Untuk apa Hinata meminjam kunci mobil, pikirnya.

"Apa anda ingin pulang? Saya akan mengantar anda," kembali Utakata mengucapkan kalimat tawaran yang sama.

"Tidak, aku hanya ingin mengambil sesuatu yang tertinggal di mobil," ucap Hinata terdengar rasional. Berusaha tetap terlihat tenang seolah tidak ada masalah apapun.

"Saya akan mengambilkannya untuk anda," tawar Utakata.

"Tidak perlu, berikan saja kuncinya." ucap Hinata sedikit memaksa.

Meski sedikit ragu Utakata memberikan begitu saja kunci mobilnya. Utakata percaya saja jika Hinata hanya ingin mengambil sesuatu dari dalam mobilnya, lagipula tidak mungkin juga Hinata akan menyetir.

💝

Tidak, bukan saatnya untuk menangis.

Bukan saatnya untuk meratap, lagipula kondisi Hinata yang masih lemah pastinya menghambatnya untuk berjalan lebih jauh. Itu artinya masih ada kesempatan bagi Sasuke untuk mengejarnya dan menjelaskan semuanya.

Tak peduli jika nantinya Sasuke akan menerima luapan kemarahan baik secara fisik maupun verbal, Sasuke rela asalkan bisa menyelesaikan semuanya. Seharusnya dari awal Sasuke bisa menahan Hinata agar tidak pergi, namun Sasuke terlalu shock sehingga lengah mempertahankan Hinata. Dan yang terpenting Sasuke tidak ingin menyakiti Hinata.

Sasuke bangkit mantap berdiri mengumpulkan kekuatan hatinya, bergegas melangkah, berharap kesempatan baik untuknya belum berakhir.

Sasuke belum bisa menemukan Hinata, iapun mempercepat langkah kakinya

Mencari seseorang di rumahnya yang luas seperti tersesat di dalam sebuah labirin.

Kemana…..

Hatinya terus menjerit,

Harusnya Hinata masih ada disini, harusnya Hinata belum terlalu jauh. Tapi mengapa Sasuke tidak bisa menemukannya padahal ini masih berada di dalam rumahnya sendiri.

Pikiran logisnya beragumen, rasanya tidak mungkin Hinata bisa pergi secepat itu, tapi batinnya merasakan suatu firasat buruk.

Dan Hiashi, apakah Hinata sudah menemuinya dan mengungkapkan semua kekecewaannya?

Dari balkon Sasuke mengintip ke ruang utama tempat di adakan pesta, terlihat Hiashi masih tampak masih enjoy mengobrol dengan Fukagu. Itu artinya Hinata belum sampai ke Hiashi dan mengira mungkin Hinata masih ada di dalam rumahnya.

Berarti Sasuke harus mencari ulang, berbalik, membuka satu persatu-satu pintu ruangan yang dilalui. Sasuke masih berharap Hinata sedang bersembunyi di salah satu ruangan dalam rumahnya, namun tetap nihil. Mencari seseorang disaat hati sedang kalut malah semakin membuat pikirannya kacau.

Sasuke mulai hilang kesabaran, jalan terakhir yang mungkin bisa dilakukan adalah bertanya kepada Hiashi, siapa tahu Hinata sudah menemui Hiashi dengan emosi yang sudah lebih baik dan beristirahat di tempat yang Hiashi ketahui.

Perlahan Sasuke menuruti anak tangga dengan berbagai macam pikiran. Bagaimana ia akan bertanya, dan kalimat tanya seperti apa yang harus dilontarkan agar terkesan bahwa semuanya baik-baik saja. Sasuke khawatir Hiashi akan bertanya balik dan membuat situasi semakin lebih kacau.

"Paman," panggil Sasuke.

"Tuan," panggil Utakata bersamaan dengan Sasuke memanggil Hiashi.

Sasuke dan Utaka saling menatap, dan Hiashi menatapi keduanya dengan raut wajah penuh tanya. Sasuke dan Utakata memanggil Hiashi secara bersamaan membuat Hiashi mematung mana yang harus terlebih dahulu Hiashi sambut, baik Sasuke maupun Utakata keduanya sama-sama menunjukan raut wajah cemas.

"Pam…..," panggil Sasuke mendahului berharap lebih dulu mendapat atensi dari Hiashi.

"Tuan ini sangat gawat," Utakata langsung memotong, membuat Sasuke langsung mengalihkan atensinya kepada Utaka.

"Nona pergi mengendarai mobilnya sendiri," ucap Utakata dengan raut penuh sesal karena tidak bisa mencegahnya.

"A-apa," Hiashi langsung syok seketika, nafasnya menyesak tiba-tiba, sesuatu yang menyakitkan serasa menghujam ke dadanya.

"Bu-bukankah tadi Hinata bersamamu?" ucap Hiashi lemas sembari mengulas-ngulas dadanya yang terasa sakit.

"I-tu," Sasuke yang tak kalah syokpun tak bisa berkata apapun, tidak mungkin juga jika Sasuke harus mengatakan semuanya di saat keadaannya seperti ini.

"Jika terjadi sesuatu pada putriku, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu," ucap Hiashi hampir pingsan, suasa pesta seketika langsung berubah kacau.

💝

Hinata melajukan mobilnya dengan sangat kencang, ia lupa dengan pantangannya sendiri. Menantang jalanan tanpa rasa takut, kemarahan yang memuncak sedikitnya menutup rasa traumatik di masa lalu sehingga Hinata menjadi sangat nekad sekarang.

Hinata memang masih cukup mampu untuk melajukan sebuah mobil, tapi melajukan dengan kondisi mata yang tak mampu melihat dengan baik tetaplah beresiko. Apalagi jika ditambah dengan kondisi emosional yang labil bukan tidak mungkin sama saja dengan sengaja menjemput kematiannya sendiri. Fatalnya Hinata yang tak mampu membaca petunjuk jalan membuatnya salah menentukan arah laju mobilnya. Tak menyadari jika ternyata dirinya tengah melawan arah.

Hinata kembali melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, melampiaskan kemarahan dengan cara yang bisa melukai dirinya sendiri.

Hinata lupa jika hal itulah yang nyaris membuatnya akan kehilangan nyawanya. Melajukan kecepatan tinggi membuatnya serasa melayang, hingga akhirnya sesuatu yang menyilaukan matanya menyadarkannya akan sesuatu hal.

Spontan Hinata menginjak rem, membuat mobil yang dikendarainya terhenti seketika.

Melihat kilauan cahaya itu membuat Hinata terdiam, teringat akan sesuatu. Ia merasa dejavu, kilas balik gambaran masa lalu akan sebuah penghianatan yang nyaris mengantarkannya di ujung kematian seolah terpangpang dengan jelas di depan matanya. Seperti sedang mengingatkannya untuk berhenti bertindak.

Hinata ingat akan kecelakaan, Hinata tersadar jika dirinya berada di tempat yang tidak seharusnya. Namun terlambat, cahaya yang menyilaukan itu telah semakin mendekat dan….

Duuuuuaaaar ledakan besarpun terjadi.

💝TBC💝

Untuk hari ini segini dulu sebagai awal permulaan, mudah2an inshaAllah besok atau lusa bisa update lagi, hehe....

Makin galau kan jdnya, hehhe
16.03.2020

Penjaga HatiWhere stories live. Discover now