❥Lie | 02

16.5K 512 4
                                    

On Instagram
ZevaQueen.official

Author POV

"***"

Tahu tentang pendapat bahwa matahari di pagi hari sangat baik untuk kesehatan kulit serta bayi yang baru lahir? Sebagian orang mungkin mempercayainya dan melakukan nya rutin setiap pagi, namun tak sedikit orang yang justru mengabaikan pendapat itu dan terus berkelana dalam mimpi walau matahari perlahan membangunkan mereka untuk ikut serta merasakan kebaikan sinarnya.

Sampai perlahan sinar itu berubah menjadi sinar jahat tak bermanfaat. Tepat di jam sebelas pagi, matahari sudah seharusnya di hindari. Sinarnya menyilaukan apa saja yang di terpa-nya, sampai sebuah pasang mata mengerjap di saat celah celah tirai memberi jalan sinar matahari untuk mengganggu tidur mereka.

Sepasang mata dengan bulu mata panjang perlahan terbuka, bulu matanya bergerak naik turun. Di susul bulatan cantik yang terdapat di tengah bola mata, wanita itu mengerjap sekali lagi untuk berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Erhmm."

Dahinya berkerut heran begitu mendapati kamar asing yang mungkin nyatanya dia tiduri semalam. Dia menghela nafas, rasa-rasanya ada yang melingkar di perutnya dan membuatnya sesak. Tunggu. Kenapa rasanya yang melingkar itu langsung menyentuh kulit perutnya? Wanita itu terdiam sejenak.

Dengan perlahan dan jantung yang berdegup kencang, tangannya sedikit mengangkat selimut yang menutupi hampir sampai ke lehernya. Saat itu juga, degupan kencang itu mendadak tak lagi terasa.

Naked. Siapa yang akan percaya dengan keadaan tubuh seperti ini di pagi hari? Tapi nyatanya dia memang harus percaya, saat sepenggal kejadian menjijikan berputar seolah mendesak relung hatinya.

Sesak.

Matanya terpejam, mengizinkan air mata itu mengalir menggambarkan sakit yang amat luar biasa. Tak ada hal yang paling mengerikan saat kau menjadi seorang manusia lemah di hadapan dunia. Saat kehancuran menanti, dan kau hanya menjadikan tangisan menyedihkan untuk sebuah perlawanan?

"Hei." Itu suara serak pria pemilik tangan yang melilit tubuh Wanita itu tadi. "Did you sleep well?" Lanjutnya.

Pria itu sudah terduduk, bersandar di kepala ranjang dan memperhatikan punggung polos wanita yang masih berbaring membelakanginya.

"Aku tertidur dengan siksaan batin, bagaimana bisa kau bertanya seperti itu." Satu alis pria itu terangkat.

"Kau menikmatinya semalam, lalu apa yang salah dengan pertanyaan ku?" Tangan wanita itu meremas bantal dengan kuat.

"Brengsek." Pria itu terkekeh pelan kemudian bangkit dan memakai pakaian lagi.

"Lalu apa bedanya dengan mu?" Dia berjalan ke arah toilet, tapi tepat di depan pintu dia berhenti lalu menyeringai. "Berbanggalah untuk hari ini, kau melepas virgin pada pria yang tepat." Setelahnya suaranya lenyap tertelan gebrakan pintu yang cukup kencang.

"Argh!"

Nakas di samping ranjang menjadi sasaran kemarahan wanita itu sekarang. Ucapan pria itu benar-benar membuat harga dirinya tertohok seketika. Seolah memang dia adalah jalang, wanita bayaran yang selalu memuaskan tanpa bisa menolak ketika uang bertebaran.

"Sialan! Sialan! Sialan!" Umpatnya.

"***"

"Kakak?" Seorang gadis yang berdiri di ambang pintu menatap kesal pada Licya yang datang tak sesuai janji mereka kemarin di telfon.

"Kemana saja kau? Aku menunggu mu semalaman. Aku kelaparan--" tatapan mata Lousi tertuju pada pria tinggi yang berdiri menjulang di belakang kakaknya, saat itu juga ucapannya terputus.

"Siapa dia, kak?"

Ya, Licya datang bersama pria itu. Bastard yang memaksa untuk ikut menemaninya mencari kamar Lousi yang sempat tertunda kemarin.

Licya memang selalu menolak, membantah apapun yang pria itu katakan. Tapi jangan lupakan bagaimana pria itu tetap melaksanakan keinginannya walau Licya tetap dan terus saja menolak hari itu.

Ya, pemaksa.

Tapi mungkin Licya bisa mengatakan ucapan terimakasih saat kamar ini dapat di temukan dengan mudah ketika pria itu yang mencarinya. Pasalnya sebelum sampai di hadapan Lousi, Licya tetap bersikeras jika dia bisa mencari kamar adiknya sendiri dan memilih untuk berjalan sendirian meninggalkan pria itu yang mengikutinya di belakang.

"Dia--"

"Kekasihmu?" Licya mendelik kemudian menggeleng.

"Jangan bicara yang tidak-tidak, Lousi. Dia.. teman ku."

Lousi terkekeh. "Santai saja, aku hanya bercanda. Toh kalaupun benar--"

"Lousi!"

Gadis itu mengulurkan tangannya, mengacuhkan Licya yang masih menatap tajam padanya. Beberapa saat uluran tangan itu belum juga di sambut. Sampai akhirnya gadis ceria itu meraih tanpa izin tangan pria itu kemudian tersenyum lebar.

"Aku Lousi."

"Chr--"

Dering telepon dari saku celana pria itu berhasil memotong ucapannya. Tanpa perduli dia melepaskan genggaman tangan Lousi lalu sedikit menjauh untuk menerima panggilan itu.

"Lousi, jaga sikapmu." Tegur Licya.

Lousi kembali terkekeh. "Kak, apa dia tidak terlalu tampan jika hanya kau jadikan sebagai teman? Ayolah."

"Tutup mulutmu, Lousi."

"Aku harus pergi." Licya menoleh, pria itu sudah kembali ke hadapan mereka. Tapi ekspresi wajahnya kini berbeda. Terlihat kesal.

"Apa kak Licya akan ikut bersamamu?" Tanya Lousi.

Kepala pria itu yang awalnya menunduk memainkan ponselnya, kini terangkat dengan wajah yang kembali berbeda. Ada guratan penuh tanya di wajahnya, tatapannya juga kini tertuju pada Licya. Membuat wanita itu merasa tak nyaman di tatap sedemikian intens.

"Licya?" Dia mengulang nama itu, menyakinkan dirinya jika yang baru saja dia dengar adalah nama itu.

Lousi terkekeh. "Kau seperti baru mendengar nama kakak ku saja. Ya, namanya Queen's ap--"

"Lousi!" Licya melotot, menurutnya memberi tahu namanya pada pria itu hanya akan membuang waktu dan rasanya Licya pun malas jika harus terus melihat wajah sialan itu sekarang, nanti ataupun kapan. Ah terserah! "Kau bilang kau akan pergi?"

Pria itu belum menjawab, atau lebih tepatnya tidak menjawab. Dia hanya terdiam sambil terus menatap Licya yang semakin terlihat tidak nyaman. Ayolah, mereka berdua masih terlalu asing jika harus terjebak di keadaan seperti ini. Terkecuali jika mereka memang sudah saling mengenal sejak lama.

"Baiklah, aku pergi."

"Ah, yatuhan!" Lousi memekik girang begitu menyaksikan apa yang baru saja di lakukan pria itu pada kakak cantiknya.

Sebuah kecupan singkat yang penuh makna, haha hanya untuk Lousi maksudnya. Setelah itu, pria itu pergi meninggalkan kedua gadis yang masih belum bisa percaya dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Ya, kejadian yang sudah terlewatkan yang rasanya pasti akan terus membekas dengan jangka panjang.

_______________________________

- R E V I S E D -

08 maret 2020

The Devil's Angel [MASA REVISI!! + COMPLETED!!]✓Where stories live. Discover now