how long?

3.6K 162 3
                                    

Author POV

"***"

"Mom, tapan Dady Banun?" Tanya si kecil Steve menatap nanar wajah ayahnya yang masih menutup matanya dari dua bulan yang lalu.

Licya menghembuskan nafasnya, ia mengusap pelan rambut si kecil Steve yang mulai gondrong. "Dady sedang tidur, sayang. Jadi kita tunggu saja ya? Mommy tak tega jika harus membangunkan Dady sekarang" jawab licya berbohong.

Si kecil Steve yang mulai paham akan situasi hanya diam, berbeda dari dua bulan yang lalu. Kini dirinya menginjak usia 14 bulan, perkembangan otak membuatnya diam karena mengerti bahwa licya sekarang tengah berbohong. Biasanya ia akan tersenyum ketika mendapat pengertian dari licya dan langsung memeluk serta menciumnya, tapi sekarang tidak, ia jauh lebih mengerti, jauh lebih dewasa dari pada balita balita biasanya.

"Hari ini Steve ingin makan apa? Sebentar lagi bibi lousi akan sampai, Steve ingin memesan makanan?" Tanya licya mendudukkan Steve di pangkuannya.

Steve kecil menggeleng pelan kemudian turun dari pangkuan licya. "Mommy juga halus matan, kalau Steve tadi sudah matan denan glanma"

Licya tersenyum kemudian mengelus pucuk kepala Steve dan menciumnya lama. Anaknya sudah pandai bicara, ia juga sudah mulai mengerti keadaan. Sekarang hanya Steve lah yang menjadi satu satunya alasan untuknya tetap tersenyum, dia sangat menyayangi Steve tak ingin mengecewakan nya dengan terus menangis di depan dia.

"Kemari, sayang." Panggil licya merentangkan tangannya.

"Mommy sayang Steve." Ucap licya memeluk erat sang putra, bulir air mata kembali jatuh. Ia bahagia, masih ada seseorang yang menjadi kekuatannya di kala dia sedang terpuruk atas kejadian yang menimpa suaminya.

"Steve juga sayang, mommy" balas Steve mencium kedua pipi licya dan menyeka air mata licya.

"***"

"Dokter!! Dokter!!" Teriak licya sambil terisak.

Sudah berkali kali ia memencet tombol darurat di samping brankar suaminya, namun para perawat tak kunjung datang.

"Bersabar sayang, bersabarlah kumohon..," ucap licya mencium dahi Chris.

"Dokter!!!!" Teriak licya lagi.

Tak lama setelah teriakannya beberapa perawatan serta dua dokter datang ke kamar Chris. Melihat Chris yang sudah kejang kejang membuat para perawat dan dokter tadi langsung menjalankan tugasnya, licya di pinta keluar dan menunggu selama masa pemeriksaan.

"Siapa yang telah mencopot alat penunjang kehidupan ini?!" Ucap dokter geram dan langsung memakaikannya kembali, seketika tubuh Chris kembali melemah dan sudah tidak kejang kejang lagi.

Licya masih menangis di kursi tunggu rumah sakit, sebelum kejadian ia sedang di dalam kamar mandi untuk buang air kecil, tapi setelah ia kembali keadaan Chris sudah kejang kejang. Seluruh keluarganya hari ini tidak ada di rumah sakit karena tengah mengadakan acara amal di salah satu panti asuhan untuk meminta para anak yatim-piatu mendoakan Chris yang tengah koma.

Pintu terbuka dan keluarlah satu wanita perawat yang langsung menegur licya agar mengangkat kepalanya.

"Bagaimana? Apakah dia baik baik saja? Aku hanya Meninggalkan nya ke toilet tapi kenapa dia bisa kejang kejang seperti itu?" Tanya licya beruntun.

The Devil's Angel [MASA REVISI!! + COMPLETED!!]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang