Chapter One - Prolog

3.6K 207 57
                                    


"Aku melihat ke atas dan melihat wajahmu di dalam bayangan gelap, sedang tersenyum kembali padaku, aku tahu kau tidak dapat melihatku sekarang, tetapi aku bisa melihatmu, dan aku tahu kita ditakdirkan untuk bersama, meskipun dunia begitu besar, kemanapun aku pergi, aku selalu bisa melihatmu."

Tiba-tiba suara klakson menghancurkan imajinasinya, hanya berjarak satu millimeter, sebuah kereta MRT baru saja melewati wajah Krist dengan laju dan lenyap. Dia berdiri tepat di garis kuning, tidak bergerak, hanya mengedipkan matanya sesaat dengan bingung, tiba-tiba seorang pria berteriak padanya.

"Kau beruntung, atau kau bisa saja berakhir di stasiun berikutnya dalam bentuk daging giling beberapa saat yang lalu!"

Krist menolehkan kepalanya ke arah suara tersebut dan hendak membalas, namun tiba-tiba rantai pengikat sebuah papan iklan di dekat pilar itu putus, sehingga papan itu mengayun bebas, semua orang yang ada di barisan berjongkok secara refleks, kecuali orang yang baru saja berbicara dengan Krist. Papan menghantam bagian belakang kepalanya dengan sangat keras, dan tubuhnya langsung jatuh ke lantai.

Tubuh dan mulutnya menggigil dan mata terbuka lebar menatap lurus ke Krist, darah segar mengalir keluar dari tengkoraknya yang pecah. Sementara itu papan pembunuh masih bergerak bebas dan berayun dengan bangga di atasnya. Semua orang yang menyaksikannya, mulai berteriak panik. Meninggalkan Krist sendirian yang masih membeku di tempatnya.

Krist terenyak seketika dan perlahan-lahan mengulurkan tangannya ke arah pria yang terluka di lantai. Tiba-tiba tangan lain meraih pergelangan tangannya dan menghentikannya untuk mendekat.

"Kau tidak dapat mengembalikan nyawa yang telah diambil untuk menggantikanmu, sudah terlambat untuk itu!"

Tangan Krist berhenti seketika, ia menggapai udara dan perlahan-lahan mengepalkan tinjunya, selanjutnya ia berlari keluar dari stasiun, meninggalkan orang yang sedang sekarat sendirian, kesakitan dan putus asa. Tidak lama setelah itu petugas keamanan datang untuk mengamankan area dan mencoba memberikan pertolongan pada detik terakhir sebelum pria malang itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Krist berlari dengan langkah kecil di bawah hujan gerimis, menuju ke gang setelah meninggalkan stasiun kereta bawah tanah, dia tidak percaya bahwa seseorang meninggal di menggantikannya lagi untuk kesekian kalinya. Dia tidak ingin menjalani kehidupan seperti ini, hidup dari mencuri nyawa orang lain, ia merasa terkutuk, dan ini sangat mengerikan.

Namun, manusia pada dasarnya memang terus terlahir dan mati di lingkaran kehidupan, ratusan dan ribuan jiwa datang dan pergi setiap detik, setiap menit, mengikuti aturan hukum alam, tidak ada yang mencurigai apa yang terjadi, tidak ada yang protes, karena semuanya tampak seperti kecelakaan.

Dia tiba di tempat yang ia sebut sebagai rumah pada pukul 2 pagi, dengan hati-hati berjalan ke dalam dan langsung menuju ke lemari kecilnya di belakang, dengan ringan menutup pintu, menatap lesu kamar persegi berukuran 2x3 meter.

Ada kasur tipis di depan satu-satunya ventilasi kecil di kamar tersebut, di sampingnya ada meja kayu kecil yang bersih, beberapa kotak dan barang-barang yang tidak terpakai rapi ditempatkan di sudut seberang ruangan. Satu-satunya pencahayaan di dalam ruangan adalah bola lampu kuning kecil di pojokan.

----------------------------------------------------------------------------------

Beberapa tahun lalu.....

"P'Krist, rumahmu sangat cantik..." kata seorang wanita yang meringkuk di dalam rangkulan lengan Krist.

"Jadi yang kau suka rumahku bukan aku?"

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Where stories live. Discover now