Chapter Eleven - The Birthmark

940 150 10
                                    


Singto duduk bersandar di atas tempat tidurnya sambil memperhatikan sesuatu di tangannya, sebuah cincin dengan sigil aneh. Ia kemudian mengingat tanda lahir seperti tattoo di dada Krist  yang ia lihat kemarin, mirip dengan ukiran cincin tersebut, tapi ia tidak yakin karena tandanya agak luntur.

Kadang-kadang memori flash tentang Krist muncul dalam mimpinya serta Stella, dia bermimpi berciuman dengan mereka, bahkan tidur dengan salah satu dari mereka, tetapi ia tidak dapat mengingat dengan jelas.

Perbatasan Myanmar - Chiang May 1802

Singto tiba-tiba membuka matanya, dan menarik nafas panjang, ia menemukan dirinya berbaring tidak berdaya di atas tanah, di antara ribuan mayat. Singto nyaris tidak bisa bernafas karena bau yang menyengat, dan rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya membuatnya paralyze.

Dia mencoba menggerakkan jari dan mengangkat tangannya kemudian perlahan menarik keluar pedang yang menembus tubuhnya dengan gemetaran.

"Aaaargghhhh ... .." dia berteriak seperti neraka saat pedang ditarik keluar dan darah mengalir keluar darinya. Singto terengah-engah berusaha keras menahan rasa sakit yang hampir merenggut nyawanya. Setelah beberapa jam berlalu, dia akhirnya mencoba untuk bangkit dan berjalan dengan menggunakan pedang sebagai penopang, namun ia tidak mampu berjalan terlalu jauh dan jatuh pingsan setelahnya.

Singto membuka mata untuk kedua kalinya di sebuah kamp pengungsian, di atas kasur jerami, dan pemandangan yang berbeda, namun ia tidak bisa mengingat apa-apa.

"Tuan, kau sudah bangun?" Seseorang menyapanya.

"Kau memanggilku?"

"Ya, senang bertemu dengan anda lagi..." ujar prajurit tersebut. "Banyak dari kita yang mati dalam pertempuran, kita kalah jumlah ..."

"Dimana aku?"

"Kita di kamp pengungsi, aku tidak tahu berapa lama kita akan bertahan di tempat ini, tetapi kami sudah mengirim kabar ke istana, berharap mereka akan segera mengirimkan bantuan."

"Bagaimana kalian menemukanku?"

"Kami kembali ke perbatasan untuk mengumpulkan beberapa senjata, dan kami menemukan anda tidak sadarkan diri di tanah, kami pikir anda sudah..." prajurit itu segera menutup mulutnya. "Pokoknya, selamat datang kembali! Ayo kita rayakan setelah kembali anda sembuh!"

Singto akhirnya mengetahui namanya dari para bawahannya, tetapi mereka tidak tahu dari mana dia berasal atau di mana keluarganya tinggal. Sungguh suatu keajaiban baginya untuk bertahan dalam kondisi seperti itu meskipun ia kehilangan ingatannya.

Beberapa minggu kemudian....

Kemah mereka di serang pada malam hari, pembunuh bayaran membunuh semua orang di kamp termasuk wanita dan anak-anak. Singto masih terluka parah, seorang wanita menyuruhnya bersembunyi di dalam lubang kotoran yang sempit dan menutupinya menggunakan jerami, dan kemudian ia memancing si pembunuh ke arah lain.

Singto adalah satu-satunya yang selamat dari serangan tersebut, ia hidup dalam pelarian dan bersembunyi, pindah dari kota ke kota dengan menyamar. Suatu hari ia mendengar kabar bahwa pembunuh bayaran ternyata adalah pengikut Raja, namun ia tidak mengerti mengapa para prajurit itu menjadi target pembunuhan, yang diperintahkan oleh Raja.

------------------------------------------------------------------

Krist bertemu Singto di kafetaria dan pria itu melompat kaget seketika dan dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Singto. Dia ingat dengan jelas apa yang terjadi di danau, namun berpura-pura tidak ada apa-apa.

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Where stories live. Discover now