Chapter Twelve - Time Matter

816 141 17
                                    

"Kau suka membaca buku horor waktu kecil?"

Stella mengambil sebuah buku cerita berdebu tua dari rak buku Krist, membuka halaman secara acak dan membacanya dalam hati.

"OMG, ini tulisan tangan, aku penasaran berapa usia buku ini...menarik..." dia mulai membaca.

Seorang wanita terikat pada pilar dan dikelilingi oleh empat bhikkhu dan ada seorang bhikkhu tua yang memegang sebuah cermin unik berbicara dengannya sambil terus melafalkan mantra.

"Kau melanggar aturan alam... apakah kau pikir kau akan diampuni?" Bikkhu tua itu menyeringai.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan?" Wanita itu tertawa. "Apa yang aku tahu adalah kalian semua mengikatku dan mengancamku ketika suamiku sedang pergi."

"Suamimu?" Bikhhu tua tertawa. "Sayangnya, kau tidak bisa menyelamatkannya kali ini, dia tetap akan mati...bagaimanapun juga, tapi...aku penasaran ke mana arwahnya akan pergi setelah itu...apakah akan berubah menjadi roh gentayangan?"

"Apakah kau bisa melihat kekhawatiran di mataku?" Wanita itu tertawa. "Dia akan akan kembali dengan selamat, jangan khawatir..."

"Mungkin dia akan, tapi dia tidak akan melihatmu lagi setelah malam ini!"

"Kau tidak bisa membunuhku, tidak ada yang bisa...akulah yang akan membunuhmu ..."

"Kau bisa mencobanya!"

Stella membalik halaman dan membaca bab lain secara acak.

"Pergi kalian, jangan memaksaku..." teriak wanita itu.

"Hahaha...jadi kau mengorbankan dirimu untuk melindunginya?"

"Aku tidak perlu." Jawab wanita itu. "Karena jiwanya adalah milikku, tidak ada yang bisa mengambilnya, kecuali aku."

"Aku tahu." Biksu tua itu menyeringai. "Sesuai dengan prediksiku...hahaha..."

Wanita itu terlihat kaget.

"Biarkan aku memberitahumu, saat ini kau hanya spirit biasa tanpa cincin...bukan, aku minta maaf...kasus mu berbeda..." ia merevisi. "Jiwa orang normal tidak akan menghilang, tapi milikmu....aku tidak tahu..."

"Aku akan membunuhmu."

"Oh, biarkan aku memberitahumu satu hal..." dia berhenti sejenak. "Mungkin kau tidak akan punya kesempatan...melihatnya lagi..."

Biksu tua itu kemudian mengeluarkan cermin dan menunjukkannya pada wanita itu.

"Kau pernah melihat ini?"

Wanita itu membeku di tempat seketika dan membelalakkan matanya terkejut.

"Ini milik seorang pertapa, yang konon memiliki hidup yang kekal...kau seharusnya sudah tahu apa yang bisa ia dilakukan..."

Bikkhu itu kemudian memecah cermin menjadi empat dan memberikan tiga potongan kepada tiga bikkhu junior, mereka dengan secepat kilat berlari ke empat arah dan berdiri di dekat pilar utama. Selanjutnya mereka menggunakan potongan cermin tersebut untuk memotong pergelangan tangan mereka sendiri, dan meneteskan darah mereka di atasnya, cermin tersebut seolah-olah menyerap jiwa dari darah.

Bikkhu tua itu mengucapkan mantra magis yang diikuti para muridnya, lalu mereka memegang cermin bersama dan mengarahkannya ke arah wanita itu. Cahaya yang sangat terang muncul dari pantulan cermin yang menerangi seisi rumah.

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Where stories live. Discover now