Chapter Six - First Date

1K 165 29
                                    

Hari ini adalah hari libur, Krist punya jadwal kencan dengan Stella, mereka akan mengunjungi tempat kencan favorit mereka, museum. Sementara itu, Kevin juga mengajak Singto berkencan, lebih tepatnya Kevin memerintahkannya untuk menemaninya memberikan donasi ke museum.

Kedua pasangan tersebut berangkat secara terpisah pada waktu yang sama, Krist dan Stella makan siang terlebih dahulu kemudian menonton film sebelum mengunjungi museum, sementara Kevin dan Singto langsung menuju museum setelah makan siang, dan melakukan tur keliling museum sebelum memberikan donasi.

"Apakah kau tahu kenapa aku memilih memberikan donasi ke museum?" Kevin bertanya pada Singto ketika mereka berhenti di depan sebuah patung.

"Bagaimana aku tahu?"

"Karena aku menyukai sejarah, tidak ada saat ini tanpa sejarah, dan tidak peduli berapa lama waktu berlalu, manusia tidak pernah melupakan sejarah, apa kau setuju?"

"Tapi, betapapun hebatnya atau tak terlupakannya sejarah, semua itu sudah berlalu." Komentar Singto.

"Kau benar." Kevin menyeringai. "Namun, beberapa orang ditakdirkan untuk hidup untuk menyaksikan sejarah berubah atau menjadi bagian dari sejarah itu sendiri..."

"Well, itu pasti tidak menyenangkan..."

"Ketika aku berumur 7 tahun, ayah kandungku membawaku dan adik perempuanku mengunjungi sebuah museum di Chiang Mai." Kevin memulai ceritanya. "Aku masih ingat dengan jelas hari itu, ketika ayah dan adikku meninggalkanku sendirian di tempat asing tersebut..."

Singto membelalakkan matanya seakan mengingat sesuatu dan menatap Kevin seketika.

"Untungnya aku bertemu orang asing yang baik hati yang mengulurkan tangannya padaku dan membawaku meninggalkan tempat itu, meskipun pada akhirnya ia meninggalkanku di panti asuhan, tapi aku ingin berterima kasih padanya..."

Singto tiba-tiba teringat belasan tahun yang lalu, dimana ia pernah menemukan seorang anak kecil menangis seorang diri di museum, ia kemudian membawanya pergi, merawatnya selama beberapa hari sambil membantunya mencari keluarganya, namun kemudian ia memutuskan untuk mengirimnya ke panti asuhan.

Singto terkejut, dia tidak pernah menyangka bahwa anak itu masih mengingatnya, dan saat ini sedang berdiri di hadapannya.

"Well, sekarang kau memiliki keluarga yang bahagia dan jabatan yang tinggi..."

"Ya, terima kasih pada ayah ku yang meninggalkanku dan pahlawan masa kecilku." Kevin menoleh padanya dan tersenyum lembut, ia mencoba mencari ke dalam kedua pupil hitam milik Singto untuk menemukan emosi di dalamnya, lalu perlahan mengangkat tangannya hendak menyentuh wajah Singto.

"P'Kevin! P'Sing! Kalian juga sedang berkencan?!" teriak Stella beberapa meter di belakang Singto dan bungkam seketika. "Ops! Maaf sudah mengganggu." ia segera menutup mulutnya. Krist langsung menjitak kepalanya untuk mengatakannya bodoh.

Singto berbalik seketika sementara Kevin dengan canggung meletakkan tangan ke dalam saku celananya, ia benar-benar ingin membunuh gadis bodoh itu telah merusak momennya.

"Senang bertemu kalian!" Singto dengan cepat berjalan untuk menyapa mereka, sekaligus mencari alasan. Namun, tiba-tiba ia merasa pusing ketika melihat pasangan itu berdiri berdampingan, pandangan matanya menjadi buram, bayangan kedua orang itu seperti menjadi satu dan banyak secara bergantian.

Melihat itu, Kevin yang mengikuti di belakangnya segera melingkarkan lengan nya di pinggang Singto untuk menahannya agar tidak jatuh.

"Apa yang terjadi denganmu?! Kau baik baik saja?" ia bertanya panik.

Singto menekan kepalanya sendiri dan menggosok matanya untuk memastikan dia hanya berhalusinasi, setelah beberapa saat semuanya kembali normal, ia dengan cepat menyingkirkan tangan Kevin dan merapikan kemejanya.

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang