Chapter Twenty One - Live or Dead

802 138 13
                                    

Sepuluh menit yang lalu.....

Singto segera menuju kamar kecil dari halaman belakang untuk mencuci tangannya sebelum kembali ke kamar Kevin. Dia membilas lukanya di bawah air dingin dan mendesis selama beberapa saat, lukanya cukup dalam dari yang terlihat dari luar. Tiba-tiba seseorang berbicara dengannya dari cermin.

"Cobalah untuk menyembuhkannya menggunakan kekuatan cincin!"

"Jangan berlebihan, ini hanya luka kecil!" tukas Singto. "Jangan mengajariku bagaimana menggunakannya!"

Singto menutup keran air dan mengeringkan tangannya menggunakan kertas toilet dan mengabaikan Prea.

"Jadi, kau tidak pernah menggunakannya? Aku tidak percaya! "

"Seperti yang kau katakan itu milik dewa kematian, pasti berbahaya, aku tidak ingin mengambil risiko!"

"Apakah kau pernah berpikir bahwa mungkin kekuatan cincin itu bisa menghancurkan sigil?" Tanya Prea. "Aku ingat Krist tidak pernah punya masalah tinggal di rumah ini sampai ia memberikan cincin itu padamu, dia seakan kehilangan kekuatannya atau sesuatu yang lain..."

Mendengar itu Singto tiba-tiba menghentikan apa yang ia lakukan, lalu mengeluarkan cincin dari sakunya mencoba membaca simbol kecil yang terukir di atasnya, ia menemukan bahwa panah pohon seakan bergerak seperti jarum jam.

"Apa maksud dari semua simbol ini? Bagaimana cara kerjanya?"

"Tidak tahu, aku masih menyelidikinya..."

Tiba-tiba roh muncul dari samping dan mengejutkannya, Singto segera berbalik dan cincin di tangannya jatuh ke wastafel.

"Kau seharusnya sudah mati..." Roh menggeram padanya dan mendekat.

"Jangan mendekat! Apa yang kau inginkan?!" Singto menelan ludahnya sambil melirik wastafel hendak mengambil cincin.

"Aku ingin keluar, aku ingin bertemu dengan keluargaku, putriku sedang menungguku...biarkan aku keluar!!!" teriaknya di depan wajah Singto. Singto kaget, wajahnya menjadi pucat dan saraf tubuhnya menjadi tegang, roh tersebut berputar di seluruh ruangan seperti orang gila, lalu mendekatinya lagi, kali ini seperti menyerang ke arahnya.

Tiba-tiba Prea mengambil alih tubuh Singto sesaat, dan dengan cepat meraih cincin, lalu memakainya dan mengarahkannya kepada roh tersebut, tiba-tiba roh malang itu menjerit sebelum berubah menjadi pyrefly dan menghilang di depan matanya.

"Apa yang kau lakukan?! Beraninya kau!" protes Singto setelah mendapatkan kembali kesadarannya. "Aku akan memaksa mengeluarkanmu dari tubuhku jika kamu melakukannya lagi!"

"Seperti yang kuduga..."

"Apa?!"

"Tanda lahirmu..."

Singto menyentuh dadanya.

"Kutebak, kau telah menjadi God of Death sekarang...."

"Haha...itu lucu, bagaimana mungkin..." Singto tidak percaya. "Pasti ada hubungannya dengan cincin ini..."

"Aku pernah memikirkannya, aku mencoba menggunakannya untuk memasuki rumah, tapi...itu tidak berhasil ..." kata Prea. "Aku menebak, mungkin hanya Death yang bisa menggunakan benda ini!"

"Well, aku bukan Dewa kematian! Mungkin aku sebaiknya mengembalikannya ke Krist! "

"Tidak, jangan lakukan itu!"

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Where stories live. Discover now