Chapter Twenty Three - Two God of Death

780 126 6
                                    

Prea bersembunyi di dalam sebuah gedung setengah jadi yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun. Suatu malam sekelompok remaja yang berjumlah lima orang datang ke tempat tersebut untuk membuat video, karena beredar rumor bahwa tempat tersebut angker dan terjadi beberapa kecelakaan sejak beberapa minggu terakhir.

Kelima remaja tersebut menapaki gedung dengan hati-hati, hanya berbekalkan senter dan kamera. Bangunan itu sangat gelap dan di penuhi oleh reruntuhan batu bata, kaca, keramik, pasir, juga besi pada kerangka bangunan yang mencuat keluar, sungguh berbahaya.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka sekilas melihat bayangan di belakang tembok, ia pun segera menoleh sambil mengarahkan senternya dan melihat seseorang berlari menaiki tangga menuju ke atas, ia pun segera memberitahu teman-temannya untuk mengikutinya.

Mereka tiba di lantai paling atas dari gedung dan melihat seseorang duduk di tepi pagar pembatas balkon seakan hendak melompat. Salah satu dari mereka segera mengeluarkan kamera untuk merekam.

Prea duduk membelakangi mereka tanpa bergeming.

"A-apakah dia manusia atau hantu?" tanya salah seorang remaja laki-laki. "Dia tidak berpikir untuk bunuh diri kan?"

"Dia terlihat menyedihkan bagiku!" Temannya berkomentar.

Kelima remaja itu saling bertukar pandang, lalu seorang remaja wanita mengambil inisiatif berbicara pada Prea.

"Kalau berani lompat saja! Kami akan memposting video bunuh dirimu ke dalam youtube agar disaksikan oleh seluruh dunia!" tantang seorang remaja wanita.

"Jangan bercanda!" hardik temannya.

"Dia tidak akan berani!"

"Bagaimana kalau dia beneran lompat? Kita akan dapat masalah!"

"Toh kita tidak membunuhnya!" tukas gadis itu. "Mungkin saja dia tidak waras atau depresi, bukan salah kita kalau dia bunuh diri!"

Prea menoleh perlahan sambil menyeringai pada mereka sesaat sebelum benar-benar terjun dari balkon, para remaja tersebut shocked segera berlari ke balkon untuk melihat ke bawah. Namun mereka tidak melihat mayat Prea di lantai dasar.

Tiba-tiba gadis yang tadi berbicara padanya menyadari sesuatu di belakang mereka, ia pun berbalik perlahan dan melihat sosok Prea di kejauhan sedang menggenggam sabit besar di tangannya. Ia shocked dan tidak mempercayai penglihatannya dan segera memanggil teman-temannya.

Prea menyeringai sambil menatap mereka dengan tatapan dingin.

Tiba-tiba saja lantai balkon yang mereka injak hancur dan roboh, suara teriakan histeris bergema ke seluruh ruangan saat kelima remaja tersebut terjun bebas lima lantai ke bawah, dan tewas seketika.

Prea lalu berjalan ke tepi menyaksikan hasil perbuatannya dengan bangga.

Tiba-tiba dadanya terasa sangat sakit dan itu terjadi setiap kali dia menggunakan kekuatan cincin tersebut.

Prea berjalan sendirian tanpa arah dan tujuan di jalan dan seorang anak memandangnya dengan aneh, jadi dia berhenti di depan toko perhiasan dan menoleh untuk melihat ke jendela kaca.

Ia memeriksa dirinya sejenak di dalam kaca. Wajahnya terlihat sangat pucat, ada beberapa kerutan di sekitar dahi dan mata, separuh rambutnya juga telah memutih, ia tampak seperti pria paruh baya. Usianya seakan bertambah tua hanya dalam beberapa minggu, kekuatan cincin tampaknya menguras banyak energinya.

"Tidak, apa yang terjadi padaku? Ini tidak mungkin!" Prea shock sambil menyentuh wajahnya dan memeriksa tangannya yang mengkerut.

"Phi, maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukan ini padamu..." Prea merasa sedikit menyesal. "Tapi aku tidak tahu cara meninggalkan tubuh ini, aku merasa seperti hidup kembali...apakah kau bisa mendengarku, Phi? Apakah kau masih di sini?" ia bertanya pada dirinya sendiri di dalam jendela kaca tetapi tidak ada yang merespon.

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz