Chapter Seventeen - Awakening

777 142 22
                                    

Kevin memesan kamar pribadi di restoran hanya untuk mereka berdua di salah satu hotel bintang lima, ia juga memesan banyak menu hingga meja penuh.

"Tidakkah kau pikir ini membuang-buang uang?"

"Jika untukmu layak untuk menghamburkan uang, karena kau special." Kevin menggodanya. "Jangan khawatir tentang uang, ayo nikmati saja kencan kita, oke?"

"Apakah kita tidak sebaiknya mengundang tunawisma di luar untuk bergabung bersama kita di sini?" Singto memberikan saran. "Aku tidak suka membuang makanan!"

"Ide yang bagus, jadi mereka bisa menjadi saksi kita hari ini!"

"Saksi?"

"Well, aku tidak punya cincin saat ini, tapi kita tidak membutuhkannya karena kau hanya perlu mengatakan ya, dan kita akan membeli cincin setelah itu, bagaimana menurutmu?" ujar Kevin dan tiba-tiba menggenggam tangan Singto di atas meja.

Singto dengan cepat menariknya tangannya dan tanpa sengaja menyenggol gelas anggur di atas meja, untungnya dia berhasil memegangnya tepat waktu namun sebagian isinya muncrat keluar mengenai meja dan lengan Kevin.

Singto melototinya seketika dan segera mengambil serbet untuk membersihkan lengan pria itu itu dan meja.

"Ayo makan dan kembali ke Kantor, aku akan menyiapkan setelan baru untukmu, kau bisa menggantinya setelah kita kembali ke kantor." ia berbicara sambil terus mengelap. "Aku baru ingat kalau kau ada jadwal menghadiri meeting penting malam ini."

"Aku tidak khawatir jika kau akan berkata tidak, karena secara tidak resmi kau sudah seperti istriku sekarang..." Kevin bercanda dan meneguk minumannya.

"Kupikir kita kemari untuk berbicara..." Singto mencoba mengingatkannya.

"Tentu saja, bukankah kita sedang berbicara sekarang? Ayo nikmati waktu bersama!" Kevin menggodanya lagi. "Aku tidak pernah berbohong padamu, tetapi kau terlihat sangat tidak sabaran..." ia menghela nafas.

"Aku minta maaf, aku hanya ..."

"Aku mengerti! Baiklah, ayo kita serius..." potong Kevin, lalu ia mengeluarkan iPad-nya dan menunjukkan photo lama seorang pria yang mengenakan pakaian 40-an.

"Krist?!" Singto berseru kaget.

"Bukan, namanya Peerawat Sangpotirat... lahir pada tahun 1922, dia adalah kakak tertua kakekku."

"Apa?!"

"Nama tengah Krist diambil darinya...diberikan oleh kakekku karena ..."

Singto menunggu dengan penasaran, Kevin menghela nafas sejenak dan melanjutkan.

"Karena Krist memiliki tanda lahir yang sama di dadanya yang mengingatkannya pada saudaranya ..."

Mata Singto terbelalak tidak percaya.

"Dari cerita kakekku, saudaranya menderita schizophrenia, seperti memiliki halusinasi melihat hantu dan bahkan berbicara dengan mereka."

"Mungkin dia benar-benar melihat mereka..."

"Tidak ada yang tahu, tapi ada satu kesamaan, ia juga memiliki kutukan seperti Krist, kecelakaan terjadi di mana pun dia berada, kemudian rumor menyebar dan mengatakan bahwa ia mungkin dirasuki oleh roh jahat sehingga keluarganya membawanya ke gereja untuk di exorcise... namun pendeta yang akan meng-exorcisenya meninggal mendadak karena serangan jantung sebelum ia mulai... "

"Lalu apa yang terjadi?"

"Kemudian ia dikirim ke rumah sakit untuk tujuan eksperiment, keluarganya berusaha untuk menyembunyikan hal ini sehingga mereka membeli asylum tersebut dan berencana memenjarakannya di sana seumur hidup..."

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant