Chapter Three - My Brother's Secretary

1.3K 167 22
                                    


Beberapa hari kemudian.

"Well, aku tahu ini pasti membuatmu trauma di hari pertamamu bekerja, aku senang kau salamat dan memutuskan untuk kembali lagi..." ujar kakak angkat Krist, Kevin, yang juga menjabat sebagai General Manager di perusahaan.

"Aku cuti untuk menyelesaikan beberapa tugas di rumah, dan membersihkan beberapa barang lama dari kamarku..." ujar Krist beralasan. "Jangan khawatir aku sudah terbiasa."

"Ya, ini bukan pengalaman pertamamu untuk hal semacam ini, kan?"

"Mengapa hal seperti ini selalu terjadi di sekitarku?" Krist menghela nafas.

"Semua itu hanya kecelakaan, jangan berpikir terlalu jauh."

"Kecelakaan?" Krist ingin tertawa. "Maksudmu, film Final Destination menjadi kenyataan?"

"Sebut saja apa yang kau inginkan, kecelakaan terjadi di sekitar kita setiap hari. Aku harap ini tidak akan memengaruhi mood bekerjamu. "

"Ini adalah alasanku untuk pergi jauh dari tempat ini, aku takut melihat semua itu terjadi pada kita semua, kadang-kadang aku merasa bahwa aku dikutuk." Krist mendesah lagi.

"Apakah kau yang menyebabkannya terjadi?"

"Bukan, maksudku..."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan memotong pembicaraan mereka. Singto berjalan masuk dan menyerahkan laporan dokumen kepada Kevin, ia melirik Krist sesaat.

"Sing." Kevin menarik perhatiannya. "Terima kasih atas dokumennya. Aku tebak kau pasti telah mengenal adikku, Krist. Oh, Aku belum berterima kasih padamu telah menyelamatkannya."

"Well, kau memintaku untuk mengawasinya." Singto menjawab. "Aku merasa lega berhasil menyelamatkannya tepat waktu pada hari itu."

"Kalian membicarakanku di belakangku?" Krist memotong.

"Ma ingin aku menjagamu, tapi ku pikir kau bukan anak kecil lagi yang harus ku atur agar kau berada di zona aman." Kata Kevin sambil mengatur kacamatanya. "Karena kupikir bukan tugasku mengawasimu bekerja, jadi ku pikir tugas ini mungkin cocok untuk Singto."

"Well, bukankah dia sekretarismu?"

"Jadwalku tidak sebanyak yang kau kira. Singto punya banyak waktu luang, kadang-kadang dia bahkan menemaniku minum teh di sore hari. "

Krist membelalakkan matanya tidak percaya. "Berapa banyak kau menggajinya untuk pekerjaan extra?" Krist bercanda.

"Sekarang aku mendapat bayaran ekstra," tambah Singto.

"Dengan mengawasiku?" Krist menyeringai. "Tidakkah kau tahu, aku punya lebih dari sembilan nyawa, tidak ada yang bisa menyakitiku!" Dia berhenti sejenak dan menambahkan. "Tapi, jika kau terlalu dekat denganku, aku takut kau akan terluka."

"Aku tidak takut itu, aku juga berumur panjang sepertimu."

"Hah?"

"Baiklah, kau bisa keluar sekarang, aku punya urusan dengan Singto." Kevin memberi tahu Krist. "Pribadi!"

Krist melirik kakaknya sejenak selanjutnya pada Singto dengan curiga, lalu mengangguk. 

"Oke, aku akan pergi untuk melakukan pekerjaanku, permisi!" 

Krist pun meninggalkan ruangan, tetapi sebelum pintu tertutup rapat, dia bisa melihat kakaknya mengulurkan tangan ke wajah Singto dan bam! Pintu pun tertutup.

-----------------------------------------------------------------------

Krist tidak pernah naik lift lagi sejak kejadian kecelakaan tersebut, bukan hanya dia, beberapa karyawan juga memilih untuk naik tangga. Meskipun kecelakaan terakhir disebabkan oleh kesalahan manusia, para teknisi menandai pintu lift yang salah, sehingga petugas ruang kontrol menyalakan lampu lift yang rusak. Trauma itu masih menghantui semua orang sejak saat itu, selain itu ada desas-desus tentang karyawan yang melihat seorang wanita gemuk tanpa kaki bergentayangan di sekitar lorong lift.

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя