Chapter Four - It's Begin

1.1K 163 25
                                    

Kevin menghampiri Singto dari belakang dan menawarkan segelas wine merah kepadanya.

"Apakah kau menawarkan diri untuk membantu Krist karena suatu alasan? Sepertinya kau tertarik padanya dan bukan hanya sekedar ingin membantunya... " ia menaruh gelas wine di tangan Singto dan dengan lembut membelai jari pria itu.

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena aku bisa melihatnya dari matamu, bagaimana caramu menatapnya, berbicara padanya, sikapmu berubah saat ia di dekatmu dan..." ia berhenti sejenak. "Kau menyelamatkan nyawanya..."

"Aku tidak menyelamatkan nyawanya..." potong Singto. "Seharusnya aku yang mati dalam kecelakaan itu..."

"Apa maksudmu?!"

"Aku hendak menggunakan lift beberapa menit sebelum istirahat makan siang, tapi tiba-tiba P'Min menghentikanku, ia menyerahkan surat izin meninggalkan kantor lebih awal, karena katanya ada urusan mendesak siang itu, jadi setelah meminta tanda tanganku dan menyerahkan surat, ia bergegas masuk ke lift sebelum Krist... " Singto mengocok gelas anggur dengan ringan tetapi tidak meminumnya.

"Aku masih menyimpan suratnya di loker ku, aku akan menyerahkannya padamu nanti..."

"B-bakar saja. Aku tidak ingin menerima sesuatu dari orang mati. "

"Baiklah."

"Jadi itu murni kecelakaan?"

"Hah? Apakah kau mencurigai sesuatu? "

"Aku tidak." ujar Kevin. "Hanya saja, kupikir kecelakaan selalu terjadi saat ada Krist..."

"Sungguh?"

"Jangan dipikirkan, aku yakin semua kecelakaan itu tidak ada hubungannya dengan Krist." Kevin berjalan ke depan Singto dan mengangkat tangannya hendak menyentuh pundak pria itu, namun Singto dengan reflex mundur ke belakang untuk menghindar dan meneguk anggur di tangannya.

Kevin menjadi canggung sementara tangannya masih menggantung di udara, sedetik kemudian dia menariknya kembali dan memasukkannya ke saku celananya, matanya menatap lurus ke arah pria di depannya dan tersenyum.

"Aku sudah menyelidiki informasi pribadi tentangmu...dan sepertinya kau memalsukan identitasmu." Dia memberitahu Singto, pria itu segera mengangkat kelopak matanya dan menatapnya dengan kaget.

"Apa maksudmu?" ia tersenyum dan berusaha tetap tenang.

Kevin berjalan ke mejanya dan mengambil file dokumen dari bawah meja, lalu menunjukkan dokumen berisi laporan yang didapatnya dari detektif pada Singto.

"Tidak ada latar belakang keluarga Ruangroj dalam data populasi Thailand satu abad terakhir, kecuali kau keturunan bangsawan beberapa abad yang lalu." Kevin menunjukkan kepadanya naskah tua lain di samping laporan dokumen. "Ada seorang pangeran yang bernama Preacheya Ruangroj yang hidup sekitar dua abad yang lalu, sayangnya dia tidak memiliki catatan silsilah keluarga dan hanya dilaporkan meninggal dalam perang."

"Kau bercanda, kan? Bagaimana mungkin aku punya koneksi dengan seorang asing dari sejarah?"

"Lalu bagaimana kau menjelaskan dirimu?"

"Ku akui, Ruangroj bukan nama keluargaku yang sebenarnya, aku lahir dan besar di panti asuhan, aku tidak punya nama keluarga, dan aku mengarangnya saat pertama kali mengisi registrasi untuk pembuatan kartu identitas."

"Well, kau juga memalsukan tanggal dan tempat lahirmu, juga background pendidikanmu dari SD hingga sekolah menengah." Kevin menyeringai.

Singto membelalakkan matanya, dia tidak pernah mengira bahwa Kevin akan mendapatkan data lengkap tentang informasi pribadinya. "Tentang itu..." Singto menghela nafas sejenak. "Baiklah, jujur aku tidak pernah sekolah. Maaf, aku akan memberitahumu tentang masa laluku di lain kesempatan..."

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang