Chapter Eight - Voice from the Past

957 152 13
                                    


Singto terbangun di dalam ceruk kecil yang gelap di dalam sebuah ruangan, dia melihat seorang bocah laki-laki berjongkok di sudut ruangan. Dia tampak ketakutan sambil memeluk lututnya, terdapat bekas air mata di wajahnya.

Ia mencoba berbicara tetapi tidak ada suara yang keluar, lalu dia perlahan mendekati bocah itu, tetapi ketika ia hampir mendekat, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar. Singto dapat melihat cahaya merah yang muncul dari celah pintu, kemudian tidak lama setelah itu asap mulai menyusup masuk darinya.

Ia segera menduga bahwa ada api di luar dan mencoba membuka pintu, namun tidak bisa, pintu terkunci dari luar, Singto kemudian mulai menggedornya untuk meminta bantuan, namun tidak ada yang datang untuk membukakan pintu.

Anak kecil itu mulai batuk karena asap, begitu juga dengan dirinya, ia kesulitan bernapas.

"Seseorang tolong! Buka pintunya! "Dia berteriak sambil terus menggedor pintu.

Setelah beberapa waktu berlalu ia jatuh ke lantai dan sekarat, ia hampir kehabisan napas dan kehilangan kesadaran, lalu samar-samar melihat bayangan sebelum menutup matanya.

Namun dia bisa mendengar percakapan dalam mimpinya.

"Aku akan kembali. Aku berjanji, tunggulah aku... "

"Jangan khawatir! Aku tahu kau pasti akan kembali dengan selamat..."

"Kau tidak akan merindukanku, kan?"

"Bawalah ini bersamamu, dan kembalikan padaku saat kau kembali..."

"Tapi ini adalah...."

"Aku akan baik-baik saja, hanya untuk memastikan tidak ada hal buruk yang akan terjadi padamu ..."

"Terima kasih..."

.

.

.

"Tuanku...tunggu..."

Singto perlahan membuka matanya dan menemukan dirinya di kamar rumah sakit. Krist jatuh tertidur di sampingnya dengan telapak tangannya terbuka seperti memegang telepon sebelumnya, Singto perlahan-lahan meletakkan tangannya di atasnya dengan canggung lalu pura-pura tidur lagi ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, yaitu Kevin.

Kevin melihat ponsel di lantai, ia meletakkan bunga di dalam vas di samping meja lalu berjongkok untuk mengambil ponsel Krist, namun tanpa sengaja melihat tangan Singto dan Krist saling bertaut. Kevin perlahan-lahan meletakkan posel di meja di samping vas lalu menyentuh dahi Singto menggunakan jarinya untuk memeriksa suhu tubuhnya.

Kevin melemparkan dirinya ke sofa sambil menatap Singto dan kemudian ke Krist. Dia kemudian merapikan rambutnya, dan mengeluarkan sebatang rokok hendak menyalakannya, tetapi kemudian berhenti ketika mengingat bahwa saat ini ia sedang berada di dalam kamar pasien.

Kevin melirik ke detektor asap di atasnya sambil memegang rokok dan pemantik. Ingatannya terbang kembali ke lebih dari dua puluh tahun yang lalu, ketika  pertama kali iadatang ke rumah tersebut. Ia berdiri di depan pintu kamar kakeknya dan mendorong sedikit untuk memberinya celah mengintip ke dalam.

Kakeknya memegang sebuah lukisan tua, ia melihatnya dan menghela nafas.

"Di mana aku harus mencarinya? Mungkin saja dia telah mati... "

Pria tua itu kemudian menggulung kembali lukisannya dan menyimpannya di bawah laci lalu mengeluarkan sebatang rokok.

"Phi, beristirahat dengan tenang... aku tidak akan berhenti untuk mencarinya dan membawanya kembali jika ia masih hidup, aku berjanji..."

Bahasa Indonesia - The Soul That Belong To Me (TAMAT)Where stories live. Discover now