10. Tom Jeung Jerry

414 22 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan di setiap sudutnya :*

***

"Katanya cinta itu nggak boleh dipaksakan, tetapi bagaimana kalau kita di dalam posisi seperti mereka. Kita mencintai mereka, sedangkan mereka mencintai dia? Berjuang mendapatkannya? Atau mundur, ikhlas, meskipun hati berkata sebaliknya?"

***

Aku dan Tyra berada di kamarku. Aku sedang membaca novel di meja belajar, sedangkan Tyra sedang berteleponan dengan kak Alland sambil tiduran di ranjangku.

"Ya, iya bawel banget sih." Sepertinya Tyra mulai risi dengan kehadiran kak Alland. Apalagi sekarang dunianya diatur oleh kak Alland.

"Gak mau, ya gak mau, kok maksa banget sih," ucap Tyra sedikit teriak. Tyra langsung terduduk dan menjauhkan ponselnya.

Aku yang sedang membaca novel pun merasa terganggu karena Tyra terus saja mengoceh, memberikan sumpah serapah kepada kak Alland. "Kenapa Ra?"

Tyra langsung menoleh. "Gue kesel sama si Alland. Dia so ngatur-ngatur hidup gue lagi. Emangnya dia siapa gue sih?" ucapnya kesal.

Aku menutup buku novel tak lupa menyelipkan pembatas buku, menaruhnya di atas meja. "Bukannya kak Alland pacar lo, Ra?" tanyaku bingung.

Tyra melotot kayak-tak terima "Amit-amit dah." Tyra langsung bergidik ngeri. "Mendingan gue jomblo seumur hidup. Kalaupun di dunia ini cowoknya cuma Alland doang."

Aku melempar boneka yang ada di atas meja belajar ke arahnya. "Sembarangan kalo ngomong. Ucapan adalah doa lho Ra."

"Biarin."

"Itu teleponnya udah dimati in Ra?"

Tyra langsung menoleh ke ponselnya langsung menggeleng. "Belum kayaknya. Biarin aja yang habis pulsanya kan dia, bukan gue."

Aku menggelengkan kepala. "Dasar. Lo jangan gitu dong ke kak Alland, kasian kan? Dia itu kayaknya tulus deh sama lo. Lagian-"

Tok tok tok

Ucapanku harus terpotong karena tiba-tiba saja suara ketukan pintu kamarku terdengar. "Masuk aja gak dikunci kok!" ucapku.

Pintu pun terbuka, muncullah Bi Iyem sambil tersenyum. "Ada teman Neng Shafiya di ruang tamu."

"Siapa Bi Iyem?" itu bukan suaraku melainkan suara Tyra.

Bi Iyem menggaruk tengkuknya. "Aduh Bi Iyem teh gak tahu. Da tadi teh bilangnya temennya Neng Shafiya kitu cenah ." (katanya)

"Ya udah Shafiya nanti ke bawah," sahutku.

"Ya udah atuh Bi Iyem ke dapur dulu mau bikin minumannya." Bi Iyem berjalan keluar dari kamarku.

Aku berjalan keluar kamar. "Gue ikut Fiya," ucap Tyra langsung mengekoriku.

Aku dan Tyra menuruni anak tangga. Aku penasaran, siapa yang datang ke sini, tetapi bi Iyem bilang katanya teman sekelasku. Aku nggak ada firasat kalau itu Resa dan Natasya yang datang ke sini, karena mereka belum pernah ke rumahku. Firasatku mengatakan bahwa yang datang ke sini antara Anton atau Alshaf .Ya pasti diantara mereka berdua, karena hanya mereka lah yang tahu rumahku.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang