43. Bawel

166 7 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

Hatiku menjadi tenang,
setelah mendengar kamu benar-benar membuka mata
Kabar ini bagaikan hujan yang tiba-tiba, pada saat musim kemarau
Aku sangat bersyukur sekali
Terima kasih Tuhan
Engkau telah mengabulkan doaku.

Dua minggu telah berlalu, Arnold sudah sadar sejak seminggu kemarin. Bahkan Arnold sudah dipindahkan ke ruangan inap. Arnold belum bisa diizinkan pulang oleh dokter. Aku dikasih tahu oleh Tante Rina bahwa kondisi Arnold semakin hari semakin memburuk. Dia nggak mau makan sama sekali, bahkan diajak ngobrol pun dia diam saja.

Jujur saja! Dilubuk hati yang paling dalam ini, ingin rasanya aku menjenguk Arnold. Apalagi mendengar cerita Tante Rina lewat telepon tentang kondisi Arnold, ingin rasanya aku nekat pergi ke rumah sakit.

Tentang hubunganku dengan Alshaf sekarang semakin renggang. Aku bertemu Alshaf di kampus saja. Bahkan kata Tante Rina, Alshaf sekarang selalu menginap di rumahnya bukan di rumah Om Rian. Menurut Tante Rina, Alshaf itu-butuh menangkan hatinya.

Aku menghela napas kasar, berjalan keluar kamar. Seharian ini aku sering di dalam kamar. Gak bosen? Jangan ditanya lagi!

Saat membuka pintu kamar aku langsung terkejut melihat Bi Iyem ada diambang pintu.

"Aduh Bi, ngagetin Shafiya aja deh."

"Maaf Neng, Bibi gak ada niatan ngagetin Neng."

"Ya udah gak papa kok. Ada apa Bi?" tanyaku heran, biasanya Bi Iyem ke kamar -mengingatkan aku makan, mengantarkan camilan dan kedatangan tamu yang tak diundang.

"Itu ada tamu Neng Shafiya dateng."

Tuh kan benar? "Siapa?"

"Bapaknya Mas Arnold, Neng."

"Om Rian?" ucapku memastikan.

"Iya Neng."

"Ada apa ya Om Rian ke sini?" gumamku pelan.

"Ya udah Neng cepetan ke bawah! Bibi mau nganterin minumannya buat Bapaknya Mas Arnold."

Aku langsung menuruni anak tangga. Aku menghampiri Om Rian yang tengah duduk di sofa dengan kedua jari tangannya saling bertautan.

"Om Rian," panggilku pelan. Aku mencium punggung tangan Om Rian yang beranjak dari duduknya.

"Om tumben ke sini. Gimana kabarnya Arnold sekarang Om?" Aku duduk di hadapan Om Rian.

Om Rian menatapku. Aku bisa melihat wajah Om Rian yang-kelelahan. "Semakin memburuk."

"Maksudnya?"

Om Rian pun mulai menceritakan semuanya kepadaku. Aku mendengarkan baik-baik cerita dari Om Rian.

"Arnold meskipun udah sadar tapi dia sangat berubah. Dia gak mau makan, sering ngelamun bahkan Om dan Tante ajak ngobrol pun dia tetap aja diam. Mama Om yang melihat cucu kesayangannya seperti itu, beliau langsung telepon Naomi."

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena menurut beliau mungkin dengan adanya Naomi, anak Om bisa berubah, mau diajak ngobrol. Tapi sayangnya Arnold langsung marah-marah pas liat Naomi."

"Pergi! Gue gak mau ketemu sama lo lagi. Pergi!" bentak Arnold.

"Aku salah apa sama kamu Al? Kenapa kamu usir aku?"

"Gue benci sama lo! Gara-gara lo, gue kehilangan semuanya!" teriak Arnold.

"Tapi kan itu gara-gara Shafiya, kamu jadi begini." Naomi meraih tangan Arnold tapi langsung ditepis dengan kasar.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Where stories live. Discover now