13. Brownies Keju

346 19 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Bersamamu seakan lupa waktu. Ternyata kita telah lama bersama seharian ini. Bahkan berpisah satu detik pun, rasanya aku tak rela. Aku tahu ini sangat berlebihan sekali."

***

Hari ini weekend, aku sangat bersyukur karena bisa bersantai-santai di rumah. Tyra sudah dari tadi pergi bersama kak Alland, entah ke mana. Sekarang aku di rumah sendirian. Papa sudah berangkat lagi ke luar kota kemarin sore. Bi Iyem pergi ke pasar, sedangkan Nenek, beliau pergi ke Garut katanya kangen sama cucunya yang satunya lagi. Oh ya Nenek punya cucu bukan aku saja, banyak malah. Nenek itu punya tiga anak. Anak pertama cowok sekarang tinggalnya di Garut, aku sering memanggilnya "Uwa Attar" kalau di Jakarta sih bisa panggilannya "Pakde." Anak kedua ya Mamaku. Sedangkan anak ketiganya "Om Gery" sekarang tinggalnya di Surabaya.

Aku menatap ke arah jendela yang ada di kamar. Hari ini mendung, sepertinya akan turun hujan.

Zrash!!

Hujan pun mendadak turun sangat deras. Jalanan, pohon, dan benda lainnya serempak basah. Aku menghela napas pelan sepertinya cuaca tak mendukungku yang akan pergi ke rumah Arnold. Ya aku tadinya mau pergi ke rumah Arnold. Aku sudah berjanji dengan tante Rina yang akan mengajari aku membuat kue. Daripada aku bermalas-malasan di kamar, aku menuruni anak tangga berjalan ke arah pantri. Aku membuka lemari es, mencari sesuatu yang bisa aku buat. Akhirnya aku menemukan bahan-bahan yang aku cari. Aku kumpulkan bahan-bahan tersebut di atas meja. Aku akan membuat brownies keju kesukaan Arnold.

Setelah semua bahan-bahan terkumpul, aku bergerak mengambil telur dan akan memecahkannya.

Ting tong

Aktivitasku harus terhenti karena tiba-tiba saja suara bel pintu berbunyi. Aku yakin itu bukan Bi Iyem, karena beliau selalu langsung masuk saja tanpa menekan bel. Aku pun berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu, mungkin itu tamu.

Aku membuka kan pintu langsung terkejut, di hadapanku ada Alshaf. Aku melihat penampilan Alshaf dari atas sampai bawah basah semua.

"Alshaf? Ngapain lo ke sini?" tanyaku heran.

Alshaf menatap datar ke arahku. "Gak boleh. Ya udah gue balik." Alshaf membalikkan tubuhnya, berjalan ke arah motornya yang terpakir di depan rumahku.

Salah lagi?

"Eh tunggu!" Alshaf pun terhenti , menoleh ke arahku. "Gue cuma nanya doang."

Alshaf masih menatapku.

Aku menggelengkan kepala. "Ya udah masuk! Diluar hujan. Baju lo basah, nanti lo masuk angin."

Aku membuka kan pintu lebar-lebar agar Alshaf bisa masuk. Alshaf masuk ke dalam rumahku. Aku berjalan mendahuluinya. Aku akan memberi handuk untuk Alshaf.

"Tunggu ya!" ucapku langsung melangkah ke arah pintu kamar Papa yang kebetulan kamarnya dekat dengan ruang keluarga.

Aku masuk ke dalam kamar Papa, membuka lemari pakaian Papa. Semoga ada baju yang muat untuk Alshaf. Aku menemukan kaus polos putih dan celana panjang berwarna hitam, sepertinya ini muat dipakai untuk Alshaf.

Aku mengangsurkan handuk dan pakaian kepada Alshaf, tetapi dia hanya menerima handuknya saja. Dia menggosok-gosok rambutnya yang basah.

"Mending lo ganti baju gih, nanti masuk angin lho," ucapku.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Where stories live. Discover now