40. Arnold Kecelakaan

171 5 0
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Kabar duka itu membuatku seperti mayat hidup. Kata penyesalan itu terus saja menertawakanku ."

***

Bandung

"Kenapa sih lo melarang gue hubungan sama Juna?" Fani terus saja bergerak gelisah dari tempat duduknya. Ya sekarang aku sudah ada di Bandung. Mengakhiri liburan di Bali. Semakin hari suasana pun semakin gelisah, apalagi setelah berteleponan dengan Tyra malam kemarin yang katanya Fani dipaksa terus oleh Tante Diana.

"Pokoknya lo harus putus sama Juna, Fan!"

"Gue mau tahu alesannya Fiya. Atau jangan-jangan lo suka sama Juna?" tuduh Fani.

Aku menganga tak percaya. Jadi aku memaksanya untuk putus dengan Juna, dia berpikir bahwa aku suka sama Juna? "Gak lah. Gila aja gue suka sama dia."

"Terus?"

Aku menatap Fani yang tengah menunggu penjelasan dariku. Aku menghela napas pelan. "Lo masih ingat kan Om Roni?"

Fani mengangguk.

"Om Roni itu Bokap-Nya Juna."

Fani langsung melotot menutup mulutnya dengan tangannya. "Serius?"

Aku mengangguk. "Gue juga dikasih tahu sama Kak Naomi."

"Maksud lo, Naomi-"

"Ya, kak Naomi pacar Arnold." Fani memang sudah tahu tentang aku dan Arnold putus, bahkan Fani sempat membujukku harus berpikir-pikir lagi. Namun aku sudah bertekad ingin mengakhiri semuanya, apalagi aku ingat kalau kak Naomi mengancamku dengan cara yang- tak masuk akal. Memang benar kan? Antara aku dan kak Naomi tidak ada kaitannya dengan Fani. Karena menurutku seharusnya Fani tidak masuk ke dalam drama ini.

Emang licik tuh anak syaiton. Eh astagfirullah, maafkan hamba ya Allah.

Aku memperhatikan Fani yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya, lalu dia menempelkan ponselnya di samping telinganya. Ah sepertinya dia akan menelepon seseorang.

Aku bisa mendengar Fani menghembuskan napasnya pelan. "Kita putus."

Aku terkejut mendengar Fani yang tiba-tiba meminta putus. Fani memutuskan teleponnya secara sepihak.

"Lo tadi telepon Juna?" tanyaku.

"Ya."

"Bukannya lo-"

"Gue gak mau lagi berhubungan dengan keluarga mereka!" potongnya.

Aku menatap Fani iba. Tetapi melihat raut wajah Fani yang biasa saja, tidak menampilkan wajah sedihnya setelah putus dengan Juna. Atau jangan-jangan...

"Lo gak sedih? Atau patah hati gitu?"

Fani menoleh sekilas ke arahku. "Buat apa?"

"Kan lo putus sama Juna. Ya biasanya sih kalo putus sama pacarnya, si ceweknya suka ada acara nangis-nangis gitu," jelasku.

"Kecuali gue. Salah satu cewek yang gak kayak gitu."

"Hebat lo." Aku mengacungkan kedua ibu jari pada Fani.

"Emangnya lo yang gagal move on, pas putus aja nangis darah." Fani langsung tertawa puas.

"Gak nangis darah juga kali." Aku langsung melempar bantal yang ada di sofa.

🍰🍰🍰

Setelah selesai makan malam aku langsung masuk ke kamar. Duduk di ranjang sambil membaca novel. Mood ku hari ini lagi males ke mana-mana bahkan tadi Tyra dan Fani sempat mengajakku keliling kota kembang, aku langsung menolaknya. Rasanya tuh pengin diem terus, tiduran, bermalas-malasan di kamar. Tapi sayangnya Mbak Adel yang tahu aku akan bermalas-malasan di kamar, beliau menyuruhku untuk pergi ke toko melihat laporan keuangan akhir bulan kemarin. Ya dengan terpaksa aku harus pergi ke toko cake ku.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang