25. Love You So Much

257 7 1
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Love you with all your shortcomings. Because your shortcomings are in my strength. We complement each other."

***

Ingin damai dengan hati, tetapi ego yang tinggi. Ingin mengabarinya, tetapi gengsi yang tinggi. Nah itulah aku. Ego terlalu gede, gengsi di gedein.

Sampai saat ini aku selalu mengabaikan telepon dari Arnold. Tepatnya lima hari pencarian Fani. Sampai saat ini Fani belum bisa ditemukan. Entah di mana Fani sekarang. Semoga dia baik-baik saja. Aamiin.

Sepulang kuliah aku selalu disibukkan dengan mencari Fani lagi bersama Tyra. Ke kantin jarang, itu juga kalau lapar. Apalagi ke perpustakaan jarang banget, itu juga kalau ada tugas saja.

Seperti saat ini aku buru-buru pulang. Suruhan Alshaf meneleponku bahwa mereka menemukan Fani. Aku mendengar itu sangat senang, apalagi Tante Dinda yang berada di Bandung pasti beliau bahagia sekali mendengarnya.

Ya aku, Tyra, Alshaf, dan Kak Alland diizinkan pulang ke Jakarta. Awalnya aku menawarkan Tante Dinda agar ikut kami ke Jakarta. Namun, beliau menolak.

Aku mengirim pesan ke Tyra, memberitahu bahwa Fani sudah ditemukan.

Aku terus saja melangkahkan kaki ke arah parkiran kampus. Karena aku terlalu fokus sama ponsel, aku menubruk badan seseorang.

Bruk!

"Sorry," ucapku langsung melanjutkan lagi berjalan, tidak melihat siapa yang aku tabrak.

Baru saja beberapa langkah, ada sebuah tangan yang menarik lengaku.

"Kenapa?" tanyanya.

Tubuhku langsung membeku di tempat, mendengar suara itu. Yang mungkin suara yang selama ini aku rindukan. Aku nggak ada niatan untuk membalikkan badanku.

"Jawab!"

"Maaf. Buru-buru." Aku menepis tangannya, berlari meninggalkan Arnold.

Aku langsung membuka pintu mobil, tetapi ada sebuah tangan yang langsung menutupnya dengan kasar.

Brak!

Aku terkejut ternyata Arnold pelakunya. Ternyata Arnold mengejarku.

"Mencoba menjauh? Kenapa?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepala. "Beneran lagi buru-buru."

Arnold menghalangiku yang akan membuka kan pintu mobil. Dia bersandar di mobilku.

"Kenapa gak diangkat telepon?" tanyanya.

"Sibuk," ketusku.

"Apa?"

"Kepo!"

Arnold menjambak rambutnya sendiri secara kasar. "Kenapa?" tanyanya lagi.

"Aku punya salah sama kamu?" sambungnya.

Aku memutarkan bola mata. "Pikirin aja sendiri!"

Arnold mengambil tanganku, tetapi aku langsung menepis tangannya. "Apaan sih?" ketusku.

"Jawab Shafiya! Aku punya salah ya sama kamu sampai kamu gak ngabarin aku sepuluh hari?"

"Salah lo banyak," ketusku, mengganti kata 'kamu' menjadi 'lo'.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Where stories live. Discover now