28. Kutub Utara, Ikan Buntal And Ice Bon Cabe

280 9 1
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Bagaikan seekor Ikan Buntal yang membutuhkan seonggok Ice Kutub Utara yang asam kayak lemon dan seonggok Ice Bon Cabe yang pahit kayak pare."

***

"Dari mana?"

Aku baru tersadar ternyata Arnold mengekoriku dari belakang.

Aku duduk di sebuah sofa yang ada di ruang keluarga. "Kepo," ketusku.

"Kenapa ponsel kamu gak dibawa? Dari tadi aku telepon kamu," ucap Arnold.

"Lupa."

"Kenapa gak izin dulu kalo kamu mau pergi sama cowok?" Arnold masih menatapku.

Gue siapanye lo?
"Pelukan sama cewek lain juga gak minta izin dulu kan?"

Mau ngomong ape lagi sekarang hah?

"Kapan?" tanyanya.

"Pura-pura lupa. Pikun," cibirku.

Bener-bener pengin ditampol ya nih orang?

"Gak pernah pelukan sama cewek lain."

Tuh kan Arnold masih tidak mau mengaku kesalahannya. Kesabaranku benar-benar sudah habis. Aku sudah muak dengan semuanya. Muak dengan semua kata-kata manisnya.

"Bohong. Itu semua bohong kan?!" bentakku.

Aku langsung berdiri meninggalkan Arnold di sini, tetapi Arnold mencegahku.

Aku langsung menepis tangannya. "Lo itu pura-pura lupa atau pikun sih huh?!" teriakku.

Aku memukul dada bidang Arnold. "Gue liat dengan mata gue sendiri. Lo pelukan sama kak Naomi. Lo mau ngelak lagi?!"

"Semua cowok sama. Brengsek semua!" Aku langsung mendorong tubuh Arnold.

"Gue benci sama lo. Omongan lo semua itu cuma bulshit doang." Aku memukul dada bidang Arnold.

Arnold langsung menahan pergelangan tanganku. "Kita bisa bicara baik-baik. Jangan pakai emosi dulu!"

"Gak perlu dijelasin. Gue cape sama omong kosong lo."

"Shafiya!" panggil Arnold dengan suara meninggi bahkan Tyra dan Fani langsung berlari dari anak tangga ingin menghampiriku, tapi sayang mereka-takut mendengar suara bentakan dari Arnold.

"Jangan kayak anak kecil begini. Aku bisa-"

"Iya sikap gue emang kekanakan puas lo?! Mendingan sekarang lo-"

Ucapanku harus terhenti, merasakan ada sesuatu benda kenyal di atas bibirku. Aku langsung syok, tak percaya. Arnold mencium bibirku, meskipun tak ada pergerakan dari bibirnya.

Ya ampun itu first kiss gue. Kembaliin!

Arnold menjauh, melepaskan lenganku. Dia langsung mendekapku sangat erat.

"Itu semua salah paham."

Aku masih terdiam, enggan membalas pelukan Arnold.

"Aku bisa jelasin semuanya," ucapnya lembut. Arnold mengusap rambutku yang tergerai, sesekali dia mengecup puncak kepalaku.

Aku menoleh ke tangga, ternyata kedua sahabatku-Tyra dan Fani masih ada di sini. Jadi mereka tadi lihat Arnold mencium... Ku?

Astaga gak mungkin.

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Where stories live. Discover now