26. Sayang

252 12 3
                                    

Happy reading :*

Enjoy, typo bertaburan :*

***

"Kisah cinta itu bukan tentang romantis, romantis, dan romantis saja. Tapi kisah cinta itu bisa tentang kejahilan orang yang kita sayang. Suatu saat nanti kita akan merindukan kejahilannya, bukan keromantisannya."

***

Arnold memarkirkan mobilnya. Sekarang aku dan Arnold berada di restoran. Di mana tempat ini adalah tempat favorit aku dan Arnold. Setiap Arnold mengajakku nge-date, dia selalu membawaku ke tempat ini. Aku suka dengan tempat ini bukan karena mahalnya, tetapi di sini kita bisa pesan tempat sesuai keinginan kita dan juga bisa melihat pemandangan dari atas sembari menikmati senja.

Arnold selalu memesan tempat di lantai dua, menikmati pemandangan di bawah. Padahal dia tahu kalau aku takut dengan ketinggian. Nah dari itu dia sengaja pesan tempat lantai dua, agar aku terbiasa dan pastinya rasa takut itu bakalan hilang.

Padahal boro-boro dah!

Aku dan Arnold langsung masuk ke dalam restoran. Awalnya Arnold memimpin di depan, aku mengekorinya di belakang. Namun, Arnold langsung menarik tanganku agar beriringan dengannya sambil menggenggam tanganku sangat erat.

Tahan ya jantung, hati, apalagi nih tangan jangan getar-getar gak jelas ya! Apalagi nih mulut lemes ini.

Aku menyipitkan mata ke arah kursi nomor delapan. Di sana aku melihat ada seorang cewek memakai sweter berwarna pink dengan celana jeans berwarna biru tua dengan rambut dikuncir kuda. Duduk bersama cowok yang memakai kemeja kotak-kotak dengan lengannya dilipat sampai siku dan celana jeans warna hitam. Aku merasa kenal dengan cewek itu, atau jangan-jangan....

Aku berjalan ke arah meja nomor delapan. Bahkan Arnold pun yang ditarik olehku, bingung.

"Kenapa?" tanyanya.

Aku tak menjawab. Aku masih fokus menatap seorang cewek yang sedang menyantap cowoknya. Eh maksudnya menyantap makanannya lah.

"Fa-ni?" panggilku memastikan.

Cewek itu langsung menoleh, bahkan cowok yang sedang bersamanya pun ikutan menoleh ke arahku.

"Fiya!" teriak Fani histeris. Dia langsung memelukku.

"Gue kangen sama lo."

Aku mengusap punggungnya. "Gue juga kangen sama lo, Fani."

Fani langsung melepaskan pelukannya. Aku menatap tajam ke arah cowok yang sedang bersama Fani.

"Lo?" aku menganga tak percaya.

Cowok itu malah santai, melanjutkan lagi makannya.

"Lo kenal sama dia?" tunjukku ke arah cowok itu.

Fani mengangguk. "Dia yang tolongin gue dari orang suruhan Nyokap gue," jelasnya.

Aku menggelengkan kepala tak percaya. Kenapa cowok ini nggak memberi tahuku bahwa sahabatku-Fani bersamanya?

"Kenapa lo gak ngomong sama gue sih Juna?"

Ya cowok yang sedang bersama Fani itu ialah Juna. Kalian pasti tahu kan Juna? Iya Juna teman sekelasku. Nyebelin banget nih anak.

"Ya mana gue tahu kalo ini temen lo," ucapnya dengan santai.

"Kan gue pernah tanya sama lo," protesku.

"Lo cuma nanya doang gak nunjukin fotonya," ucapnya.

Masa sih?

Aku menunjuk dengan telunjuk ke arah Juna kesal. "Lo tuh-"

Pergi Untuk Kembali [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang